Mohon tunggu...
Rikho Afriyandi
Rikho Afriyandi Mohon Tunggu... Guru - Kaum Rebahan

Menulis apa yang ingin ditulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Hidup dalam Pusaran Pembenci dan Pencinta

4 Mei 2020   02:02 Diperbarui: 4 Mei 2020   02:18 323
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketahuilah, kita hidup dalam pusaran para pembenci dan pencinta. Mereka akan selalu ada di sekeliling kita. Kita tidak bisa menyingkirkan mereka. Mereka menyukai kita menggunakan standar mereka, pun mereka membenci kita memakai tolak ukur mereka.

Setiap perbuatan yang kita lakukan, pasti ada yang membenci, dan mencinta. Di mata para pembenci, segala perbuatan yang kita lakukan mereka anggap sebagai pencitraan, atau sok suci, atau sok baik, sok pintar, sok ahli agama, sok hijrah, dan sebagainya. Begitu juga dengan pencinta, mereka akan tetap mencinta walau kita seringkali dihujat, dan hina.

Kita tidak bisa memaksakan orang-orang untuk menyukai kita, juga membenci kita. Meskipun yang saya sebutkan belakangan itu sangat minim, bahkan mustahil terjadi. 

Karena, apapun alasan yang kita jelaskan kepada para pembenci tidak akan pernah mereka percaya, pun kepada para pencinta, sebagaimana yang diungkapkan oleh sahabat Rasulullah, Ali bin Abi Thalib, "Janganlah pernah menjelaskan dirimu pada orang lain, karena orang yang mencintaimu tidak butuh itu, dan orang yang membencimu tidak percaya itu."

Tugas kita adalah untuk terus berbuat baik, berkarya, dan melakukan segala hal yang bermanfaat bagi kita, dan dengan tidak melanggar daripada norma agama. Karena setiap perbuatan kita, walau kecil, akan mendapat balasan dari Allah, sebagaimana dijelaskan dalam surah Al-Zalzalah ayat 7-8:

Terjemah: (7) Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya Dia akan melihat (balasan)nya. (8) Dan Barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya Dia akan melihat (balasan)nya pula.

Mempertimbangkan mereka dalam segala apa yang kita lakukan adalah sangat unfaedah. Mereka akan membuat ruang gerak kita begitu sempit, bahkan bisa saja mereka mematikan ruang gerak kita untuk melangkah lebih maju.

Rasulullah adalah seorang hamba yang diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia (innama bu'isttu li utammima makarimal akhlak). 

Apakah dengan begitu Rasulullah selalu dicintai oleh semua orang? Tidak. Tidak sedikit orang-orang yang membenci beliau, bahkan kebencian itu hingga melahirkan perbuatan yang menyiksa fisik beliau. Apakah dengan ada yang membenci beliau seperti itu, beliau memutuskan untuk berhenti berdakwah? Sekali lagi, tidak.

Oleh karenanya, kita perlu belajar dari Rasulullah. Jangan sampai para pembenci, dan pencinta itu membatasi ruang gerak kita untuk berbuat baik, serta berkarya. 

Karena pada dasarnya hidup ini dijalani tanpa melulu memikirkan mereka. Biarkan mereka berjalan beriringan sebagai hiasan kelap kelip dalam hidup kita. Teruslah melangkah kawan, salam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun