Mohon tunggu...
Rikho Kusworo
Rikho Kusworo Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis Memaknai Hari

Karyawan swasta, beranak satu, pecinta musik classic rock, penikmat bahasa dan sejarah, book-lover.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Nyaris Terjebak di Kamar Mandi Berteknologi Tinggi

7 Desember 2012   22:31 Diperbarui: 24 Juni 2015   20:02 442
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Seandainya tidak ada penghuni gedung yang peduli, seorang teman nyaris terjebak dalam kamar mandi yang pintu masuknya menggunakan alat berteknologi tinggi. Bersama tiga rekannya, seorang teman, sebutlah namanya Gogor, diundang pelatihan oleh rekanannya dari sebuah kantor perusahaan Jepang di Jakarta. Kantor yang semua penghuninya ekspatriat dari negaranya Hirohito itu sungguhlah bersih dan rapi. Furnitur furnitur minimalis dengan warna warna yang kalem tertata rapi. Di perkantoran itu para pekerja duduk menghadap komputer yang terletak di meja yang sangat bersih, nyaris tidak ada kertas. Kantor berpendingin udara dengan suhu kelewat rendah itu memancarkan bau harum. Bukan harum oleh pewangi ruangan, namun oleh para penghuninya. Gadis gadis Jepang pekerja kantor berpakaian modis dengan warna warni pakaian kerja yang selaras dengan kulit kuningnya. Sementara para lelaki nampak tak kalah necisnya, kebanyakan mengenakan pakaian kasual dengan kemeja atau kaos berkerah yang mepet badan. Seperti orang udik yang baru saja masuk peradaban,Gogor mengamati kondisi perkantoran yang banyak dihiasi tulisan hiragana terpajang di kiri kanan selasar, di atas tembok yang didominasi warna putih. Seorang pekerja mengeluarkan komputer jinjing dari dalam tas, meletakkan di atas meja. Gogor ndomblong (terdiam karena heran) ketika melihat komputer jinjing langsung terkoneksi dengan internet, ketika lipatan layar monitornya terbuka. " Wow, kapan nguripkene yo, kok langsung murup terus nyambung internet (kapan ngidupin komputernya, kok dibuka langsung hidup dan tersambung internetnya) " demikian seru Gogor berbisik kepada Gudel temannya, sambil menelusuri perkantoran yang berpintu geser. Dipandu oleh dua orang Jepang yang sudah dikenalnya, Gogor dan rombongan tiba di sebuah ruang rapat yang mirip mini hall. Di ujung ruangan terdapat semacam layar presentasi sebesar layar tancap mini. Sementara sepuluh meja bundar dengan kapasitas empat orang, tertata apik memenuhi ruangan yang sudah dijejali tamu undangan sosialisasi aplikasi e-commerce online software itu. Tiap tiap meja bundar sudah tertulis nama masing masing perusahaan tamu undangan. Pemandu Jepang itu masing masing sebutlah Takeda Sisikawa (laki-laki) dan Tomomi Sazaki (perempuan), mempersilakan Gogor memasuki mini hall itu. Setelah mencari meja yang tertulis nama perusahaannya Gogor dan rombongan duduk di kursi. Hari menjelang pukul dua siang namun nampaknya panasnya Jakarta tidak mampu menembus dinginnya ruangan perkantoran itu. Tiba Gogor berhasrat buang air kecil di toilet. Gogor menanyakan kepada Takeda letak kamar kecil. Gogor bergegas cepat menuju kamar kecil yang ditunjukkan Takeda. Beberapa ekspatriat Jepang nampak keluar dari kamar kecil itu. Ketika sampai di depan kamar kecil, Gogor kebingungan mencari pintu masuk. Memang desain kamar kecil itu nampak jelas bagian pintu masuknya, namun Gogor tidak melihat handle pembuka pintu. Di saat panggilan alam kuat mendesak, Gogor clingukan, kebingungan mencari cara membuka pintu. " I will help you " seru seorang laki laki ekspat Jepang,ketika mendapati Gogor kebingungan masuk toilet. Kemudian laki laki ekspat itu menyodorkan lengannya ke arah sebuah kotak kecil mirip meteran listrik. Laki laki itu memasukkan jarinya ke kotak kecil itu yang serupa dengan mesin absen sidik jari, Setelah salah satu jarinya tertempel, terbukalah pintu menuju beranda kamar mandi yang didalamnya terdapat beberapa bilik untuk buang air kecil. Ekspat Jepang itu pun ikut masuk ke beranda kamar kecil, dan berkata," I will wait you here, until you finish your necessary things ". Sedangkan sang ekspat sendiri tak berniat buang air kecil Gogor masuk ke salah satu bilik untuk buang air kecil sambil berkata dalam hati," Ngapain tuh orang nungguin aku, masih untung aku hanya pipis, lha kalau aku buang air besar apa nggak mati berdiri dia " Setelah selesai menjalankan panggilan alamnya, Gogor keluar dari bilik dan mendapati ekspat Jepang itu masih berdiri menunggunya. Ekspat itu," I will wait you because, I can not lend you my finger " Gogor pun belum paham apa yang terjadi "What do you mean?" Sejenak sebelum sang ekspat menjawab,barulah Gogor tersadar bahwa pintu beranda kamar mandi memang tertutup secara otomatis. Dengan tersenyum ekspat itu menjelaskan bahwa apabila dirinya tidak menunggu, Gogor tidak akan bisa keluar dari ruang beranda kamar kecil. Jalan keluar dari beranda kamar mandi pun hanya bisa dibuka dengan sensor sidik jari. Sama dengan cara ketika masuk, untuk keluar pun seseorang harus menempelkan sidik jari di kotak kecil semacam absen finger print. Gedung tersebut hanya akan diblusuki oleh orang orang mempunyai wewenang yang sidik jarinya sudah terekam dalam finger print device tadi.Gogor mengucapkan terima kasih kepada laki laki itu sambil garuk garuk kepala kebingungan. Ditulis Rikho Kusworo, selesai 08 Desember 2012 jam 5.20 pagi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun