Setelah membaca tulisan ini, apakah anda tergolong Nasabah Terbaik Atau Nasabah Terburuk?
Satu April kemarin saya mengantri di sebuah bank pemerintah di kota Ungaran. Antriannya cukup panjang. Ada dua jalur antrian, kasir (pembayaran) dan layanan pelanggan. Saya antri di bagian layanan pelanggan. Datang pukul delapan lima belas pagi, saya mendapat jatah nomor antrian 8.
Saya duduk menunggu giliran di depan dua orang petugaslayanan pelanggan. Satu persatu saya mengamati petugas layanan pelanggan yang sedang memberikan penjelasan kepada para nasabah.
Ruangan yang dingin,dengan panorama dua orang wanita petugas bank yang berparas cantik membuat saya betah duduk berlama lama. Bahkan saking nyamannya pandangan mata, saya tidak mendengar ketika nomor antrian saya dipanggil.
Setelah diulang dua kali baru saya sadar, sudah tiba giliran saya untuk dilayani petugas cantik. Sebelumnya saya duduk hanya dua meter di depan meja dua orang wanita petugas layanan pelanggan itu. Salah seorang diantaranya,petugas cantik berkacamata, lebih sering saya amati. Sedangkan petugas wanita yang lain,cantik juga, berambut sebahu, tinggi semampai berkaki panjang.
Akhirnya Petugas cantik berkacamata lah yang melayani saya. Kedatangannya saya ke bank adalah untuk mengambil tabungan. Karena tabungan saya berjenis tabungan berasuransi, maka jalur antrian saya adalah jalur layanan pelanggan, bukan kasir.
“ Ada yang bisa saya bantu Pak?”kata petugas cantik dengan senyum mengembang yang membuat bibir bergincunya terbelah.
“ Saya mau mengambil tabungan ini mbak” ujar saya sambil menyodorkan buku tabungan.
“ Lho pak tabungan ini kan tabungan berasuransi, hanya boleh diambil kalau sudah jatuh tempo. Tabungan ini jatuh tempo masih bulan Mei 2014 Pak” jelas petugas bank.
“ O begitu “ jawab saya.
Petugas bank kemudian bertanya,” Lho Pak kok tabungannya diambil sekarang, kenapa ?”
Sebenarnya pertanyaan petugas bank yang sifatnya pribadi ini membuat saya gusar . Masak iya petugas bank menanyakan alasan nasabah yang akan mengambil tabungan. Namun karena parasnya yang cantik, dengan nada pertanyaan yang sopan, tak pelak pertanyaan ini justru membuat saya geli. Pertanyaan itu akhirnya saya jawab.
“ Mbak….saya ambil tabungan karena saya butuh duit untuk bayar sekolah anak saya “ jawab saya.
“ Pak ini nanti kena penalti Rp.100.000 lho pak, karena bapak mengambil tabungan sebelum jatuh tempo”
“Lha kalau saya masih ada uang untuk bayar sekolah, saya tidak akan ambil mbak. Saya tahu mbak, saya bakal kena penalti”
Ketika makan siang di kantin perusahaan,kejadian di bank pagi itu saya ceritakan pada teman, sebutlah Sentot.
Mendengar cerita saya Sentot berkomentar,”Kalau saya jadi petugas bank, kamu akan saya nilai sebagai Nasabah Terburuk. Masak tabungan belum jatuh tempo mau diambil”
Selain Sentot, saat itu juga ada teman yang lain, sebutlah Gentong, yang mendengar pembicaraan kami.
” Berkebalikan dengan kamu, kalau saya sebagai petugas bank, Gentong ini saya nilai Nasabah Terbaik” kata Sentot pada saya.
“ Lho kok bisa “ tanya saya penasaran.
Sentot menyambung,” Lha iya, Gentong kan sering akad kredit. Karena sering utang maka dialah sebenarnya Nasabah Terbaik”.
Merasa dijadikan bahan guyonan Gentong tersenyum sambil berkata,” Sialan”
Sentot menambahi,” Bener nggak, sudah sering ngutang, kalau nyicil selalu tepat waktu lagi. Maka layaklah kalau Gentong dinobatkan sebagai Nasabah Terbaik”
Mendengar selorohan Sentot yang terakhir ini, Gentong bereaksi,” Dodol kamu Sentot, ya jelas saja bayarku tepat waktu, lha wong tiap bulan langsung dipotong dari gaji, mana bisa bayar molor?”
Ditulis Rikho Kusworo 26 April 2013 selesai jam 7 Pagi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H