Mohon tunggu...
Rikho Kusworo
Rikho Kusworo Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis Memaknai Hari

Karyawan swasta, beranak satu, pecinta musik classic rock, penikmat bahasa dan sejarah, book-lover.

Selanjutnya

Tutup

Humor

(Humor Inspiratif) Mata-Mata Pengemplang Makan Siang

18 April 2014   15:07 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:31 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1397782668896243952
1397782668896243952

Sakit hati bisa jadi suatu awal timbulnya motivasi untuk memacu diri. Setahun sudah lepas dari krisis moneter. Uang bulanan Rp.400.000 itu memang tidak cukup untuk biaya hidup kuliah di Yogya sejak Prenjak terdaftar sebagai mahasiswa baru sebulan sebelumnya. Prenjak memutar otak menyiasati keadaan.

Warung Makan Bu Marto sudah menjadi tempat makan langganan sejak Prenjak menginjakkan kaki di Yogya. Karena sering hutang di Warung Bu Marto akhirnya Prenjak menawarkan diri ikut bantu bantu di warung itu. Bu Marto mengiyakan manakala Prenjak menawarkan membantu cuci piring dan alt minum dengan imbalan makan gratis di siang hari.

Prenjak harus datang ke Warung Bu Marto setiap hari. Karenanya Prenjak hafal betul perilaku curang para mahasiwa yang setiap hari makan di warung makan. Warung makan prasmanan itu memungkinkan pembeli mengambil sendiri nasi dan sayurnya. Perhitungan harganya terngantung lauk dan sayur yang disantap.

Pola kecurangan para mahasiswa itu macam macam. Pertama, menyebutkan lebih sedikit lauk yang telah dimakannya. Misalnya makan gorengan tiga, tapi cuma bilang habis dua. Kedua, porsi nasi dan sayurnya diperbanyak. Terkadang kuah sayurnya mengintip di bibir piring , hampIr luber oleh gundukan nasi yang melebihi porsi.Ketiga, makan nasi dan sayur setelah itu merokok ketengan beberapa batang. Ambil tiga batang rokok tetapi cuma bilang satu batang.

Dari lika liku akal bulus konsumen warung itu, terbersit ide Prenjak untuk melaporkannya ke Bu Marto. Suatu ketika Prenjak membawa daftar 25 nama mahasiswa yang tergolong konsumen nakal.

“ Bu Marto, kalau terus terusan jualan dengan model seperti ini lama lama ibu bisa bangkrut” kata Prenjak.

“ Lha mamang ada apa Mas Prenjak “ sahut Prenjak.

“ Ini lho Bu Marto, mereka mereka yang saya tulis di kertas ini suka ngemplang kalau makan di sini. Mereka ini makan tiga cuma bayar satu, mana kalau makan porsinya melebihi takaran normal” imbuh Prenjak.

Bu Marto mengerenyitkan dahi membaca daftar nama para pengemplang warungnya.

“ Lha Mas Prenjak tahu darimana mereka ngemplang” timpal Bu Marto menelisik.

“ Saya kan tiap hari makan di sini, para pengemplang itu kan juga kebanyakan teman teman saya sendiri. Saya memperhatikan dan mencatatnya di sini” tukas Prenjak.

“ Lha terus bagaimana mas Prenjak, saya kan nggak mungkin mengawasi satu persatu” kata Bu Marto.

“ Begini saja Bu Marto, harga makanan dan minuman dinaikkan sedikit” kata Prenjak mengusulkan.

“ Lha nanti mereka pada lari kalau naik harganya Mas Prenjak” tukas Bu Marto ragu.

“ Saya yakin tidak Bu Marto. Saya sudah survai kok ke warung warung lain. Warungmu ini masih yang paling murah di sekitar kampus. Kalau dinaikkan sedikit masih tetap lebih murah” kata Prenjak meyakinkan.

Kontribusi Prenjak memikirkan warung mendorong Bu Marto memberinya hadiah Imbalan hadiah itu berupa jatah makan malam gratis setiap hari, tanpa harus mencuci piring.

Mendapat makan malam gratismemang sejak awal menjadi impian Prenjak ketika berniat melaporkan kawan kawannya sendiri yang suka ngemplang. Sebelumnya dia hanya mendapat jatah makan siang gratis untuk tugas mencuci piring.

Malang tak dapat ditolak. Prenjak masuk rumah sakit selama sebulan sehingga dia tidak datang ke warung Bu Marto. Setelah sembuh Bu Marto menanyakan mengapa Prenjak absen. Saat itu adalah hari pertama Prenjak datang lagi ke warung Bu Marto untuk berdinas cuci piring dan makan gratis. Prenjak menjelaskan kalau dirinya selama sebulan ini sakit masuk rumah sakit. Nampaknya Bu Marto tidak terlalu puas dengan alasan itu.

“ Karena sudah sebulan kamu tidak datang ke sini, mulai sekarang kalau mau makan kamu harus bayar “ sergah Bu Marto.

Prenjak sedang menyelesaikan satu suapan sendok terakhir ke dalam mulutnya sontak kaget.

Sejenak kemudian Prenjak menghiba,” Ya jangan seperti itu to Bu Marto, kemarin kemarin kan saya sakit”

Bu Marto berkata,” Lha terus piye le, kamu kemarin bikin aku keteteran. Di Warung tidak ada yang bantuin”

“ Ya sudahlah Bu kalau saya tidak boleh makan di sini, saya akan makan di tempat lain” sahut Prenjak sambil beranjak meninggalkan warung bersiap pergi.

Lha terus sing mbok pangan ra mbok bayar (lha terus yang kamu makan barusan kamu nggak bayar)?” sergah Bu Marto.

Utang sik bu (Utang dulu Bu)” jawab Prenjak.

Mangan 3000 wae ngutang Mas Mas ( makan tiga ribu rupiah saja kok ngutang) “sergah Bu Marto.

Sejak saat itu Prenjak tidak pernah lagi menginjakkan kaki di Warung Bu Marto. Rasa sakit hati itu mendorong Prenjak untuk bekerja sampingan agar bisa menghasilkan uang. Sudah dua setengah tahun ini, Prenjak bisa makan gratis di Warung Bu Marto. Namun sekarang dia tidak bisa makan gratis lagi.

Wiraswastanya di bidang telur puyuh berkembang pesat. Seorang kawan memberinya modal. Mereka berdua patungan, Prenjak sebagai pelaksana bisnis, sedangkan kawannya sebagai pemodal.

Setahun kemudian.

Seorang pemuda mengendarai sebuah sedan Honda Genio parkir di sebuah warung di dekat Warung Bu Marto. Digetar-getarkanlah bunyi gas mobil itu oleh sang pemuda, seolah olah sengaja agar Bu Marto memperhatikan keberadaannya Keluar dari mobil dengan pakaian perlente berkacamata hitam pemuda itu menjentikkan kunci mobil.

Klik klik…Ngik.. Ngik…tertutuplah panel pengunci pintu mobil secara otomatis.

Pemuda itu segera bergegas pergi ke warung di sebelah Warung Bu Marto untuk membeli rokok.

Bu Marto yang kebetulan sepi pengunjung mengenali pemuda itu.

Le tumpakanmu anyar to ( kamu naik mobil baru ya)?” tanya Bu Marto kepada pemuda yang ternyata Prenjak.

Inggih Bu Marto ( Iya Bu Marto)” jawab Prenjak.

Sugih men le kowe saiki ( jadi orang kaya kamu sekarang nak)” seloroh Bu Marto.

Mboten Bu, lha mobil niki kan hasil nyelengi kalih setengah tahun gara gara kula mangan gratis teng nggene warunge jenengan ( Ini kan hasil menabung dua setengah tahun karena bisa makan gratis di warungmu)” jawab Prenjak.

Lambemu le le , lha kowe ra mampir mangan ( mulutmu itu bisa saja kalau ngomong. Kamu nggak mampir makan)?” imbuh Bu Marto sambil tersenyum.

Sakniki kula nek maem teng KFC Bu Marto, mboten teng warung cilik ( Sekarang saya kalau makan di KFC bu Marto, bukan di warung kecil)” sahut Prenjak.

Ditulis Rikho Kusworo 18 April 2014 selesai jam 7.40 pagi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun