Aku bahkan tersungkur di kasur, mengerang menahan bayangan bayangan yang bakal mengancam. Tubuhku membunyikan alarm bahwa jiwaku butuh kelapangan. Aku belum pernah merasakan kepedihan ini. Istri dan ibu menenangkanku sambil terus mengulang ulang ujaran agar mengingat Allah. Gaduh sekali suasananya.
Aku ingin sekali menangis oleh rasa takut. Aku tidak berani melawan bayangan bayangan yang mengancam. Semakin kupejamkan mata semakin bayangan bayangan itu mengejarku tanpa henti. Aku merasa tak satupun yang akan menolongku bilamana bayangan itu berhasil menangkapku.
Baru pertama kali dalam hidup aku mengalami kesakitan batin seperti ini. Entahlah. Kuletakkan sepasang tanganku di atas dada, sambil terus memejamkan mata dan melafalkan surat Yasin ayat 82.
Innama Amruhu Idza Arada Syaian An Yaqula Lahu Kun Fayakun. Sesungguhnya urusannya-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya, Jadilah, Maka jadilah ia. Qs. Yasin : 82
Istri dan ibu berlalu dari kasur tempatku tertelungkup gelisah. Seperti halnya aku, mereka cemas akan keadaanku. Aku berguling guling di tempat tidur, membalik balikkan badan ke kiri dan kanan. Nafasku panjang pendek.
---------------------------------------------------------------------------------------------------------
Kemudian aku terjaga....Ternyata aku hanya bermimpi .....Segera aku ambil air wudhu untuk sholat shubuh..Aku bangun dengan rasa resah..
Di hadapan-Nya mungkin wajahku tak kan sempurna. Ibadahku compang camping. Aku hanya menangis dan memuja-Nya ketika aku sangat membutuhkan tangan pertolongan-Nya. Aku terlena manakala kehidupanku tenang dan nyaman. Rasa nyamanku diuji dengan sebuah ketidakseimbangan yang tercipta.Rasa cemas selalu khawatir. Mendekati frustasi. Seolah Tuhan mengingatkanku agar aku kembali mendekat dan mengharap kasih sayang-Nya.
Hujan deras baru saja reda. Air mengguyur. Udara yang tadinya panas lalu menguap. Cuaca menjadi adem. Semilir angin menelusup di sela sela puluhan pot bunga anggrek yang berjajar di balkon rumahku. Namun cuaca panas telanjur melayukan beberapa pot bunga anggrek. Beberapa anggrek akhirnya mati. Sebuah potret nyata bahwa Tuhan mampu menyuburkan anggrek yang dulunya indah. Sekaligus Tuhan mampu mematikannya. Keindahan warna anggrek sirna oleh terpaan panas yang berkelanjutan
Aku merenung di antara gema lantunan azan dhuhur yang bersenandung seolah menggulung mendung. Aku melafalkan bacaan doa dari surat Yasin berulang ulang untuk mengobati kecemasanku. Sementara langit menjadi redup mengikuti kehendak matahari yang enggan menggeliat merekahkan panasnya kembali.Tuhan selalu mempunyai cara untuk menyeimbangkan semestanya.