Gunung Ungaran tak nampak dari balkon mungilku.Mendung menyapu wajah indahnya. Bergeming. Hanya semilir angin yang merambat menelusuri pintu yang terbelah oleh dua lenganku.
" Aku pernah punya salah padamu. I did something wrong that may cause you a pain one day in the past. Maafkan lahir dan batin" kataku
Kalimat itu menagih takdirnya.Sebuah naluri yang keluar layaknya air seni yang menolak lama tersimpan.
Tak terhitung kata fitri terlontar oleh mulut dan jemari.
Walau terlisan kadang suasana batin alpa hadir menyertainya.
Matahari menyengat titik titik air dan mengusir mendung yang menggelantung.Berangsur angsur gunung itu menampakkan megahnya.
Matahari tulus bersinar tanpa diminta penghuni bumi.Matahari tetap bersinar di keesokan hari.Â
Seolah menunggu matahari hingga kata maaf yang fitri itu terucap ikhlas.
Dialah yang akan melelehkan mendung keangkuhan yang bergantung menutupi indahnya ketulusan dan keikhlasan untuk mengucapkan kata "maafkan aku,aku pernah punya salah kepadamu"
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H