Mohon tunggu...
Rikho Kusworo
Rikho Kusworo Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis Memaknai Hari

Karyawan swasta, beranak satu, pecinta musik classic rock, penikmat bahasa dan sejarah, book-lover.

Selanjutnya

Tutup

Humor

(Humor) Usil Urusan Orang, Rasain!

4 Mei 2014   14:02 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:53 149
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13991616631362319704

[caption id="attachment_305936" align="aligncenter" width="300" caption="vivanews.com"][/caption]

Resek atau suka mencampuri orang boleh jadi ibaratcari perkara yang mengantar seseorang pada kubangan kesulitan. Bayangkan bilamana orang yang tidak sahabat kenal tiba tiba mengadukan sebuah pelanggaran yang sahabat lakukan. Walaupun sebenarnya pelanggaran itu luput dari penglihatan aparat hukum. Karena aduan tersebut sahabat terjerat dalam keruwetan untuk lolos dari jaring sanksi.

Dibalut hembusan semilir angin yangmerambat turun dari Gunung Ungaran, sinar matahari tertahan tiris lembut awan biru. Wajah Gangsir ceria, secerah suasana sore itu. Jumat sore adalah waktunya pulang awal menikmati kehidupan dengan berkebun, pikir Gangsir. Namun raut muka Gangsir mendadak pucat. Sepeda motor yang meluncur lancar terpaksa tertahan di tengah kota oleh petugas polisi. Kalau hanya surat surat kendararaan, lengkap semuanya, seru Gangsir membatin.

Ada dua orang petugas Polisi yang mencegat sepeda motor yang melaju di jalan Diponegoro Ungaran, Kabupaten Semarang. Motor kedua yang terjaring razia adalah motor Gangsir. Di depan Gangsir sudah ada satu motor yang ditahan petugas. Pemilik motor ini sebutlah Trenggiling. Antara Gangsir dan Trenggiling tidak saling mengenal.

SIM dan STNK Trenggiling disita oleh seorang Polisi muda. Sementara itu kawannya, seorang Polisi Tua beranjak masuk ke sebuah ruangan di pinggir trotoar. Polisi tua ini menerima sodoran SIM dan STNK Trenggiling dari polisi muda. Nampaknya ada pembagian tugas. Polisi muda mencegati kendaraan. Setelah meminta SIM dan STNK dari pengendara, Polisi muda itu langsung menyodorkan surat surat kendaraan ke Polisi Tua untuk diperiksa.

Sementara Polisi tua masuk ke ruangan, Trenggiling menunggu di luar sambil mengamati polisi tua yang berniat memproses surat tilang Trenggiling mengalihkan pandangan pada kesibukan polisi muda mencegat beberapa kendaraan. Trenggiling sepintas melihat Gangsir dipersilakan oleh polisi muda untuk melanjutkan perjalanan karena surat suratnya lengkap.

Tiba tiba Trenggiling berseru kepada polisi muda sambil menunjuk sepeda motor Gangsir,” Lho Pak lha itu sepeda motor kan kaca spionnya cuma satu, pecah lagi”

Polisi muda pun mengalihkan pandangan ke Trenggiling, “ O ya Mas?”

“ Mas mas kamu balik lagi ke sini” seru polisi muda sambil bergegas menghampiri Gangsir yang hendak meluncur pergi.

Muka Gangsir cemberut macam mucikari yang kehilangan pelanggan. Jengkel sekali. Tinggal selangkah lagi Gangsir lolos dari surat tilang tapi situasi berubah gara gara mulut bawel Trenggilingsi pengadu.

Gangsir pun urung tancap gas.

“ Kamu masuk ke ruangan itu mas, temui kawan saya di dalam” seru polisi muda kepada Gangsir.

Gangsir melihat ke dalam ruangan di pinggir trotoar, polisi tua sedang berbicara di telepon selulernya. Polisi tua itu sedang menenteng sebuah blangko tilang , SIM dan STNK. Gangsir menoleh kepada Trenggiling.

“ Kalau sampeyan tidak mengadu spionku cuma satu dan pecah, saya tidak akan kena tilang Mas” seru Gangsir kepada Trenggiling ketus.

Nyuwun ngapunten mas ( maaf), lha kan memang anturan lalu lintas mewajibkan kaca spion harus dua tho mas?” timpal Trenggiling sambil tersenyum.

Inggih bener, tapi sampeyan kan ra perlu ngoceh ngurusi urusan kula tho mas ( Benar mas tapi kamu nggak perlu mengoceh ngurusi urusanku). Lha sampeyan sendiri kenapa ditilang?”” ujar Gangsir.

“ SIM saya sudah kadaluwarsa dua tahun mas.” sahut Trenggiling.

Polisi tua meletakkan telepon seluler di sakunya. Gangsir pun masuk ke ruangan menemui polisi tua. Sementara itu polisi tua nampaknya lupa bahwa di tangan kanannya menenteng SIM dan STNK Trenggiling yang harus segera diprosesnya.

“ Selamat pagi pak” kata Gangsir menyapa.

“ Pagi mas, sebentar ya mas” jawab polisi tua sambil berdiri memberi isyarat dengan tangannya agar Gangsir menunggu giliran.

Iki mau kesalahane apa ( Ini tadi kesalahannya apa)?” Tanya polisi tua sambil berteriak melambaikan tangan kepada polisi muda yang berdiri dalam jarak sekitar lima meter mencegati sepeda motor.

Sementara itu nampaknya polisi muda yang dipanggil tidak mendengar karena memang suasana jalan raya hiruk pikuk jam sibuk lalu lintas orang yang baru pulang bekerja.

Gangsir pun menyela,” saya dulu boleh pak, saya terburu buru”

“ Lha mas kesalahannya apa” tanya polisi.

“ Saya sendiri kurang paham, kawan bapak menyuruh saya menemui bapak” jawab Gangsir pura pura tidak tahu.

Tiba tiba Trenggiling menyela,” Motor spionnya cuma satu pak, pecah lagi”

Polisi tua pun melihat ke arah Astrea Supra warna hitam kusam tanpa kap pelindung mesin.

“ Surat suratmu mana Mas” ujar polisi tua kepada Gangsir.

“ Ini pak ?” lenguh Gangsir sambil menyerahkan SIM dan STNK-nya.

“ Bapak akan saya tilang, karena spion cuma satu” kata polisi tua.

“ Pak sebelumnya saya mohon maaf, justru saya ini tadi berniat mematuhi peraturan. Sebelum niat saya kesampaian, saya sudah dicegat dulu” kilah Gangsir masih berusaha lolos dari surat tilang.

“ Maksud kamu apa mas?” Tanya polisi tua.

“ Saya tadi terburu buru mengejar waktu, saya mau pergi ke toko onderdil motor di depan pasar itu pak. Saya mau beli spion baru di sana. Saya terburu buru karena tokonya tutup jam 5. Baru kemarin spion saya patah pak karena motor ambruk di parkiran” kata gangsir berkilah

“ Itu alasanmu supaya tidak kena tilang” sergah polisi muda

“ Bener pak, sekarang nalarnya begini pak. Bapak coba cek alamat saya di SIM. Ngapain saya lewat sini, kalau bukan beli spion di depan pasar itu pak. Saya seharusnya bisa belok ke kanan di perempatan sebelumnya itu, bukan bablas sampai sini” ujar Gangsir sambil menunjuk kepada perempatan jalan yang berjarak dua km di belakangnya

Polisi tua nampaknya percaya dengan alasan Gangsir. Walapun sebenarnya niat Gangsir pergi ke depan pasar bukan untuk beli spion tapi beli pupuk untuk berkebun.

“ Tapi bener lho mas, kalau saya ketemu kamu besok besok lagi tanpa spion, langsung kamu tak tilang. Ini surat suratmu. Kamu boleh pergi” seru polisi tua.

Trenggiling yang menyaksikan percakapan itu tak percaya akhirnya Polisi termakan akal bulus Gangsir.

“ Terima kasih banyak atas pengertian pak. Cuma sebagai warga negara saya ingin memberikan sebuah informasi pelanggaran” kata Gangsir.

Maksudmu opo meneh mas ( maksudmu apa lagi mas)?” kata polisi tua.

“ Ini mas yang di sebelah saya ini tadi bilang sama saya kalau SIM nya sudah kadaluwarsa.” kata Gangsir dengan senyum kemenangan

Polisi tua pun langsung meneliti masa berlaku SIM Trenggiling.

“ Bener mas, ini SIM nya mati dua tahun” kata polisi tua kepada Gangsir.

Gangsir menimpali,” Mas di sebelah saya ini contoh orang yang mengabaikan aturan pak. Masak SIM kadaluwarsa kok sampai dua tahun. Harusnya kan dia ngecek dan perpanjangan SIM. Kalau tidak ketangkep, saya yakin mas ini sampai kiamat kurang dua hari juga nggak bakalan perpanjangan SIM.”

Polisi tua tersenyum dan berkata kepada Gangsir,” Sudah mas kamu pergi saja, kalau toko spionnya tutup, kamu malah saya tilang nanti”

Gangsir pamit kepada Trenggiling,” Saya tak beli spion dulu mas”

“Huh….” kata Trenggiling sambil mengumpat.

Gangsir pun melenggang pergi sambil tersenyum girang seperti mucikari yang kebanjiran order. Sementara Trenggiling terdampar menunggu surat tilang karena SIM nya kadaluwarsa.

“ Rasain Kalau Suka Usil Urusan Orang” Gangsir membatin

Ditulis Rikho Kusworo selesai 4 Mei 2014 jam 6.52 pagi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun