Mohon tunggu...
Rikfaldi
Rikfaldi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Seorang pengamat batu dan bumi beserta segala fenomena di dalamnya. "Past is The Key to The Future"

Selanjutnya

Tutup

Puisi Artikel Utama

Puisi: Balada Tepi Laut

9 Oktober 2023   13:35 Diperbarui: 11 Oktober 2023   20:06 376
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tepi Pantai | Sumber Gambar: Dokumen Pribadi

"Balada Tepi Laut"

Riuh sahutan ayam kala mentari menyapa hari
Mengusik lelap dalam dekap malam yang sunyi
Dalam keheningan malam yang dipaksakan,
Tangan-tangan kusam kembali mengayuh sampan

Tak lama lagi sepi akan sirna
Diganti riuh semesta di kala mentari mulai menggeliat
Kilau arunika menabuh karsa
Diiringi kicau burung di ranting-ranting penuh gembira

Pandangan mata menuju hamparan segara
Menampikkan rasa takut yang kian perkasa
Senantiasa mengharap keramahan Sang Baruna

Mentari terbenam meninggalkan gurat-gurat jingga di cakrawala
Perlahan langit biru menjelma layung secara berkala
Sampan menghala bentala
Romansa kehangatan rumah yang senantiasa didamba
Sebuah perjumpaan kian terasa.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun