Mohon tunggu...
Rike Kotikhah
Rike Kotikhah Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Saya merupakan mahasiswi angkatan 2011 Unika Widya Mandala Madiun yang mengambil Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI). saya tergabung dalam Komunitas Kelas Inspirasi Madiun dan GeNAM (Gerakan Nasional Anti Miras) Madiun. Sejak bulan Agustus 2013, saya bergabung di Yayasan Anak-anak Terang (AAT) Indonesia. Selain sebagai Staff Administrasi, saya juga bertugas di bagian Divisi Jurnalistik Sekretariat Pusat AAT yang membantu tim operasional.

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

The Power of Smile

12 Maret 2015   12:12 Diperbarui: 17 Juni 2015   09:46 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

MALAM ITU, Kamis, 12 September 2013 sekitar pukul 22.00 saya mendapatkan SMS dari Tiara selaku koordinator AAT Madiun. SMS tersebut berisi pemberitahuan untuk ngobrol bersama Bruder Agustinus Samsari (Bruder Konrad, CSA) di hari Minggu, 15 September 2013 di Bruderan CSA Jalan A. Yani 8 Madiun. Sebelumnya bruder sendiri sudah mengundang sahabat-sahabat Pendamping Komunitas (PK) Madiun lewat Facebook Group PK AAT. Dengan antusias saya segera menyanggupi undangan tersebut.

[caption id="attachment_402280" align="aligncenter" width="412" caption="Rike"][/caption]

Menjadi salah satu relawan AAT adalah suatu hal yang tidak saya sangka sebelumnya. Awalnya saya hanya sekedar tahu ada program Beasiswa AAT di kampus saya yaitu di Universitas Katholik Widya Mandala Madiun. Banyak teman-teman saya yang mendaftar dan beberapa dari mereka lolos menjadi anak-anak asuh sekaligus menjadi PK atau sering disebut sebagai Staff Admin AAT. Waktu itu saya tidak ikut mendaftar karena saya sudah mendapatkan beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik (PPA) dari Kopertis selama 2 semester. Namun, ketika saya mendengar bahwa AAT masih membutuhkan relawan di luar anak-anak yang sudah lolos saya tertarik untuk bergabung. Hal itu karena saya sempat mendengar misi AAT yang luar biasa yaitu memberikan pelayanan beasiswa pendidikan formal sekaligus mendampingi dengan perhatian dan kasih sayang. Sungguh, mendengarnya membuat saya tidak perlu berpikir panjang untuk ikut bergabung.

Sehari sebelum pertemuan dengan Bruder CSA kami bersepakat untuk berangkat ke bruderan sama-sama. Minggu pagi sebelum jam 10 kami janjian berkumpul di kampus. Karena harus menunggu anak-anak lengkap kami terpaksa berangkat terlambat. Dan akhirnya sekitar jam 10.30 kami baru sampai bruderan. Saya sempat berpikir jangan-jangan nanti kami akan dimarahi bruder karena terlambat. Apalagi itu adalah pertemuan pertama kami dengan Bruder Konrad, CSA yang merupakan salah satu Dewan Pengawas Yayasan AAT Indonesia. Namun ternyata saya salah besar, pertama kali bertemu dengan Bruder Konrad, CSA kami disambut dengan senyum hangat sang bruder. Senyum ramah yang membuat kami merasa nyaman dan tidak canggung untuk mengobrol dan banyak bertanya. Maklum, kami baru beberapa hari dinobatkan menjadi Staff Admin AAT. Terkadang kami masih bingung untuk memulai tugas.

Bruder banyak bercerita tentang pengalamannya di AAT, tentang kisah Staff Admin AAT yang ada di Semarang dan di Jogja. Bruder juga memperkenalkan kami pada Bruder Aleks, CSA yang merupakan pembimbing rohani kami nantinya selama bertugas. Kami pun juga bertanya beberapa mekanisme pengiriman file-file (bukti pembayaran SPP, bukti transfer SPP, raport anak asuh, dan lain-lain) yang membuat kami agak bingung. Mungkin karena kami belum praktek langsung sehingga kami masih sedikit kurang jelas. Cerita dan penjelasan-penjelasan dari bruder membuat kami semakin bersemangat dan siap untuk bertugas. Selama mengobrol sesekali bruder menyelingi obrolan dengan candaan kecil yang mencairkan suasana. Hanya sekitar satu jam setengah mengobrol, kami sudah merasa dekat dengan bruder-bruder CSA. Dan yang paling saya ingat dari bruder adalah senyumnya dan sikap welcomenya pada kami.

Senyum ramah tidak hanya saya dapatkan dari bruder, namun juga dari Pak Hadi, Pak Kris, Mbak Cika, dan Mbak Alma ketika penandatanganan kerjasama Yayasan AAT Indonesia dengan Unika Widya Mandala Madiun sekaligus peresmian Sekretariat AAT Madiun. Acara itu diadakan di akhir bulan Agustus tepatnya pada hari Sabtu tanggal 24 Agustus, sehari setelah pengumuman penerimaan beasiswa AAT. Senyum ramah mereka begitu tulus dan terlihat sekali senyuman indah dari hati.

Seringkali kita mengabaikan hal kecil seperti tersenyum. Padahal dalam sebuah senyuman terkandung kekuatan yang luar biasa. Dengan sedikit senyuman kita mampu membahagiakan diri kita sekaligus menyenangkan orang lain. Dengan senyuman kita akan merasa nyaman ketika bersama karena senyuman merupakan bentuk penerimaan dengan senang hati. Bentuk kepedulian yang mendalam dan berarti. Bruder Konrad, CSA., Bruder Aleks, CSA., Pak Hadi, Pak Kris, Mbak Cika, Mbak Alma dan sahabat-sahabat AAT lainnya telah mengajari saya tentang pentingnya sebuah senyuman. Hal kecil yang berdampak besar terhadap sesama. Senyuman mereka telah mengantarkan saya pada kebulatan tekad untuk terus peduli dan menebarkan kasih dengan sepenuh hati. Untuk terus melakukan yang terbaik. Karena sekecil apapun yang kita lakukan akan berharga jika dilakukan dengan kasih dan ketulusan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun