Mohon tunggu...
Rike Kotikhah
Rike Kotikhah Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Saya merupakan mahasiswi angkatan 2011 Unika Widya Mandala Madiun yang mengambil Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI). saya tergabung dalam Komunitas Kelas Inspirasi Madiun dan GeNAM (Gerakan Nasional Anti Miras) Madiun. Sejak bulan Agustus 2013, saya bergabung di Yayasan Anak-anak Terang (AAT) Indonesia. Selain sebagai Staff Administrasi, saya juga bertugas di bagian Divisi Jurnalistik Sekretariat Pusat AAT yang membantu tim operasional.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Dream Book "Los Angeles"

20 Maret 2015   11:42 Diperbarui: 17 Juni 2015   09:23 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setiap orang pasti memiliki mimpi. Entah itu mimpi yang masuk akal atau hanya sekedar khayalan. Begitu juga dengan saya, saya pun juga memiliki sebuah mimpi. Mimpi yang tidak sekedar mimpi. Mimpi yang kuat untuk diwujudkan, bagaimanpun caranya.

Semua berawal dari percakapan via chat room facebook 8 jam yang lalu, bersama Pak Gregorius atau biasa saya sapa Pak Gre. Beliau adalah salah satu donatur atau orang tua asuh di Yayasan Anak-Anak Terang (AAT) Indonesia.

Percakapan santai siang tadi dimulai dengan saling bertukar kabar, bertanya tentang anak asuh, sampai keinginan untuk menikmati pecel yang berujung pada mimpi besar saya.

“Hehehe.. Bapak sudah makan?”

“Belum.. Pingin pecel Madiun. Hehe..”

Mungkin, karena Pak Gre tahu saya orang Madiun, beliau jadi ingin menikmati pecel Madiun. Saya pun merayu Pak Gre untuk datang ke Madiun dan ternyata beliau bersedia. Beliau akan ke Madiun, meskipun belum dipastikan waktunya.

“Habis makan pecel.”

“Makannya di lantai 18. Sambil lihat pemandangan kota Jakarta. Hehehe.. Christ mau ke sini katanya.”

Kata-kata Pak Gre itu sontak membuat saya klepek-klepek. Saya jadi ingin segera lulus, segera bekerja, dan bisa menikmati pecel di lantai 18 seperti Pak Gre. Saya pun mulai bermimpi. Dan ternyata memang itulah tujuan Pak Gre mengiming-imingi saya.

“Buatlah DREAM book. Dan wujudkan.”

Kata-kata itu benar-benar memicu saya untuk bermimpi. Sekalipun mimpi itu sulit sekali diwujudkan.

“Ini lagi cari hotel buat nginap di Phuket, Thailand.”

Pak Gre semakin membuat saya semangat untuk bermimpi. Sekalipun mimpi itu akan menjadi bahan tertawaan.

Los Angeles

Sesaat, saya begitu iri pada Pak Gre, ingin segera meniru kesuksesannya. Dengan keberhasilannya saat ini, beliau bisa meluangkan banyak waktu untuk jalan-jalan bersama keluarga tercintanya. Jalan-jalan ke tempat-tempat pariwisata, baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Tengoklah album-album fotonya, Malaysia, Singapura, Australia, India, USA, United Kingdom, dan masih banyak lagi negara-negara lain yang sudah beliau kunjungi.

Foto-foto tersebut mengajak saya berimajinasi. Menerbangkan angan saya pada sebuah Negara bagian di California Amerika Serikat, yaitu Los Angeles. Saya begitu ingin sekali ke sana. Mengapa? Salah satu alasannya, karena di sana ada seseorang yang saya kagumi. M Ade Irawan, Pianis Jazz Internasional dari Indonesia yang sangat piawai menarikan jari-jarinya di atas piano, meskipun Ia seorang tunanetra. Kini, laki-laki tampan itu tinggal di L.A dan saya bermimpi untuk bisa bertemu dengannya.

Selain itu, Mimpi saya juga tertuju pada Santa Monica, kota di sebelah barat L.A yang terkenal dengan 3rd Street Promenade, yaitu sebuah jalan yang khusus untuk pejalan kaki. Di sana juga terkenal dengan pantai-pantai yang indah. Memang, Los Angeles atau L.A adalah salah satu kota besar di California yang terkenal dengan dunia hiburannya, seperti Hollywood dan Disneyland. Namun, bukan kedua tempat itu yang ingin sekali saya kunjungi. Entah mengapa, saya begitu ingin pergi ke Santa Monica, menginap di sebuah hotel dekat pantai, di lantai 18.

Menjelang petang, saya akan berdiri di dekat jendela kamar dengan secangkir teh panas, sambil menikmati indahnya sunset. Tidak lupa mendengarkan alunan piano M Ade Irawan dengan lagu What a Wonderful World. Usai meletakkan cangkir teh, saya lantas menghubungi Pak Gre.

“Pak Gre, saya sudah di L.A, di lantai 18.”

Dan Pak Gre akan tersenyum di balik layar laptopnya, teringat saat mengiming-imingi saya menikmati pecel di lantai 18.

Keesokan harinya, saya akan pergi ke The World Stage Art, Education & Performance Gallery yang ada di Leimert Park Village untuk melihat langsung kelincahan jari M Ade Irawan memainkan musik jazz sambil berbincang dengan Ibu Endang Irawan, Ibunda M Ade Irawan.

Dream and Make it Happen

Sangat menyenangkan memang. Ketika membayangkan seorang gadis yang berasal dari kampung di pelosok Madiun, seorang anak tukang kebun, bisa pergi ke L.A, salah satu negara besar di Amerika Serikat.

Mimpi. Ya. Mungkin ini hanya mimpi belaka. Dan pasti banyak sekali orang yang menertawai, termasuk ibu saya, jika beliau membaca tulisan ini. Karena, ibu saya adalah orang yang pernah melarang saya untuk bermimpi terlalu tinggi.

Wong cilik iku mikire ora usah dhuwur-dhuwur. Ora usah ngimpi aneh-aneh. Tiwas diguyu wong akeh.”

Maaf Ibu, saya telah bermimpi, mimpi yang terlalu tinggi. Karena cara inilah yang membuat saya bersemangat, meskipun hanya menjadi bahan tertawaan. Biarkan, Bu. Biarkan saya bermimpi sejenak. Karena kelak, semua ini takkan sekedar mimpi. Semua pasti  terwujud. "Mbuh piye carane".

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun