Mohon tunggu...
Rike Fitriani
Rike Fitriani Mohon Tunggu... karyawan swasta -

seorang buruh yang mempunyai impian menjadi orang sukses

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Rumah Kutukan

20 Mei 2012   12:17 Diperbarui: 25 Juni 2015   05:03 649
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Percaya ga, jika kutukan itu ada?

Aku sich percaya ga percaya ya, percaya karena sudah dialami oleh saudaraku sendiri, ga percayanya karena dijaman serba canggih dan modern ini masih mungkinkah kutukan itu terjadi ataukah hanya sebuah ucapan serapah dari seorang yang sedang emosi. Setelah emosinya mereda maka ucapannya dianggap angin lalu.

Nah, aku mau cerita tentang saudaraku. Ibuku memiliki adik lelaki yang tinggal disalah satu daerah di Bekasi,aku biasa memanggilnya dengan sebutan Makdang dari bahasa minang yang artinya paman lelaki yang paling tua.beliau sudah berumah tangga memiliki 5 orang anak,1 perempuan dan 4 lelaki.awalnya mereka tinggal di Jakarta Timur,pada waktu itu kehidupan makdangku ini lumayan berhasil,dan sukses menjadi pengusaha dari pembuat pagar, usahanya hampir tembus kepasar luar negri tapi pada tahun 1998 terjadi krisis ekonomi,makdang juga terkena imbasnya hingga akhirnya beliau gulung tikar.usahanya bangkrut dan beliau sekeluarga memutuskan untuk tinggal di Bekasi, beliau membeli sebuah rumah yang lumayan.

Rumah ini sudah lama tak ditinggali oleh sangpemilik.konon menurut warga disekeliling rumah ini,rumah ini adalah rumah kutukan dan juga angker. Menurut warga sekitar,rumah ini sebenarnya adalah rumah warisan namun tidak boleh dijual belikan, dahulu sebelum meninggal sang pemilik bersumpah jika ada dari anaknya atau orang lain yang berani menjual rumah ini maka orang yang telah membeli rumah ini atau penghuni rumah ini akan meninggal,dan yang meninggalnya adalh yang dari pihak lelaki.

Sebelum menempati rumah ini ada salah satu warga sekitar yang memperingatkan bahwa untuk jangan membeli rumah ini di karenakan kutukan itu,dan kutukan itu bukan isapan jempol belaka, orang yang pernah membeli rumah ini sebelum makdang semuanya meninggal dan semua dari pihak lelaki yaitu kepala keluarga,makdangku adalah orang yang kesekian yang tak percaya akan hal ini. Makdangku menganggap ini adalah sebuah lelucon belaka.

Dua tahun menempati rumah ini, usaha makdangku tak pernah membuahkan hasil dan makdangku mulai sakit-sakitan,dan akhirnya makdang sakit keras hingga ia tak mampu bangkit dari tempat tidur,komplikasi. Kirang lebih 5 tahun beliau menahan penyakitnya, sudah berobat kesana-kesini, berobat kedokter hingga alternatif dijalani, namun tak ada satupun yang berhasil.sudah berganti-ganti dokter yang memeriksa beliau,sudah berpindah-pindah rumah sakit, namun tak ada satupun yang membuahkan hasil, jika kami bertanya keadaannya, semua dokter menjawab “pasrahkan semua kepada yang maha kuasa,semoga ada keajaiban”.

Mendengar ucapan dokter kami tanpa putus asa terus mencari tempat pengobatan yang terbaik dan kami datang semua, namun semua menunjukan hal yang sama.

Tetangga rumah makdang banyak yang berkata untuk menjual rumah yang kami tinggali dan pindah,karena penyakit makdang ada sangkut pautnya dengan rumah ini.

Dengan banyaknya warga yang memberitahu dan memperingatkan maka istri dan anak-anak makdang sepakat untuk pindah dan menjual rumah ini, namun tak berselang lama akhirnya makdangpun kembali kepada sang khalik, madang meninggal saat anak-anaknya mencari tempat tinggal baru.

Dalam suasana masih berduka anak-anak makdang dan istri tak jadi pindah dan menjual rumah ini. Rumah ini adalah peninggalan satu-satunya dari makdang, maka rumah ini tak jadi di jual.

*****

Saat berbelanja sayur didepan rumah istri makdang didatang seorang pria tua yang tak ia kenal,pria tua itu berkata “bu, itu rumahmu?”

“ia,bener ada apa pak”

“ah... tidak,Cuma saranku lebih baik ibu sekeluarga pindah dari rumah itu,lebih baik ibu jual dan beli rumah ditempat lain saja. Jika ibu bertahan disini maka semua burung ibu akan pergi satu persatu”

Pak tua itupun langsung pamit dan pergi.istri makdang hanya diam dan menganggap angin lalu ucapan pria tua itu, ia tau apa maksud dari satu persatu burungnya akan pergi, yaitu anak lelakinya.

Sekitar sebulan setelah bertemu pria itu,anak lelaki makdang yang paling tua tiba-tiba jatuh sakit parah. Sebulan masuk rumah sakit tak bisa berjalan, dokter mengatakan jika anaknya menderita sitoplasma parah,salah satu paru-parunyapun tak berfungsi,mati. Badannya yang dulu putih gagah berubah hitam dan kurus,hanya tinggal tulang berbalut kulit.

Doter memvonis bahwa umurnya hanya tinggal beberapa bulan lagi.

Dengan kejadian seperti ini istri makdang teringat akan ucapan pria tua itu bahwa jika tak pindah maka satu persatu anak lelakinya akan pergi.

Dengan kejadian ini maka istir makdang memutuskan untuk pindah segera,ia tak mau berpisah lagi dengan orang yang ia kasihi, dan iapun mencaritahu bagaimana menghilangkan kutukan rumah ini.

Akhirnya ada yang memberitahu bahwa jika ingin menghilangkan kutukan rumah itu adalah dengan menjualnya ke keluarga awal pemilik rumah itu,tidak boleh keorang lain.

Bagaimana menurut kalian???

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun