Suatu pagi di tepian sungai yang tenang, riak air membuka tirai pagi dengan gemerlap mentari. Di sini, di desa kecil yang dipeluk oleh sungai, terdapat sekelompok penangkap ikan yang setiap hari selalu melakukan aktivutas nya mengecek sukam yang telah dipasang sore hari.
Â
Di antara para penangkap ikan itu, ada seorang lelaki yang bernama bapak Abaih, yang telah menjadikan menangkap ikan menggunakan sukam sebagai mata pencaharian hidupnya. Baginya, sungai bukan hanya tempat untuk mencari rezeki, melainkan panggung di mana setiap hari adalah petualangan baru.
Â
Abaih terkenal di kalangan penangkap ikan setempat bukan hanya karena tangkapan ikan menggunakan sukam melimpah yang selalu dibawanya pulang, tetapi juga karena cara uniknya mendekati pekerjaan ini. Dia tidak hanya sekadar meletakkan sukam di beberapa titik sungai, baginya, setiap sukam yang dia letak kan dia selalu memasuki umpan yang khas dia buat sendiri dan setiap kail yang dicampurnya dengan keahlian merupakan ekspresi dari cinta terhadap sungai yang memberinya hidup.
Â
Ketika dia berbicara tentang pekerjaannya, mata bapak Abaih berbinar-binar. "Sungai ini seperti teman lama bagiku," katanya sambil tersenyum. "Aku tahu gerak-geriknya, aku merasakan denyutan airnya, dan aku mendengar bisikan ikan di dalamnya."
Â
Setiap hari, Abaih tidak hanya mencari ikan, tetapi juga keindahan dalam setiap momen. Dia sering menghentikan perahunya untuk menikmati matahari terbenam di tengah sungai disaat dia telah selesia memasang sukam dan umpan yang akan dia lihat pagi hari nya atau mengamati kerlip bintang di langit malam. "Pekerjaan ini tidak hanya tentang mencari ikan," katanya sambil menatap ke kejauhan sungai, "tapi juga tentang menemukan keindahan di tempat yang penuh kehidupan ini. Pekerjaan ini juga memberi saya berbagai hal unik yang ada di dalam sungai ini" katanya lagi sambil melanjutkan cerita "dengan pekerjaan ini saya jadi tau gimana rasanya jika air sedang pasang dan sukam yang saya pasangkan terbawa hanyut oleh air yang sangat deras"
Â
"pekerjaan sukam ini juga bukan pekerjaan yang mudah, pekerjaan ini juga membutuhkan strategi, yang dimana strategi yang digunakan disaat meletakkan sukam" ujar bapak Abaih. Suka duka yang dia dapat kan disaat menangkap ikan juga banyak, salah satu isi sukam nya hilang disaat dia mengecek dipagi hari atau ikan yang di dalam sukam nya banyak yang mati akibat digigit penunggu air.
Â
Ada juga perahunya yang telah diisi dengan ikna yang dia ammbil dari sukam nya kebalik yang mengakibatkan ikan-ikan yang ada di dalam perahu nya lepas kembali kedalam sungai, hal ini sudah biasa dia dapat kan disaat dia berada disungai.
Â
Abaih bukan hanya seorang penangkap ikan; dia adalah pematung yang mengukir kisah hidupnya di atas air. Keterampilan dan bakatnya telah menciptakan kisah human-interest yang menyebar di kalangan warga setempat. Setiap kali dia pulang dengan tangkapan harian, penduduk desa berkumpul di tepi sungai untuk mendengar cerita-cerita seru dari petualangan Surya. Tetapi cerita yang sering dia ceritakan adalah
Â
Jadi, di sela-sela rutinitas menangkap ikan yang kadang terasa monoton, terdapat sentuhan magis sungai yang diciptakan oleh nelayan seperti Abaih. Mereka bukan hanya pekerja keras, tetapi juga penyair sungai yang menjadikan pekerjaan mereka sebagai hiburan hidup yang terus berlanjut.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H