Mohon tunggu...
Rike Diyah Rohmawati
Rike Diyah Rohmawati Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Teknik Elektro, Universitas Jember

Magang di Kementerian Energi Sumber Daya dan Mineral RI

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Ada Cerita di Balik PLTS???

4 Maret 2022   19:30 Diperbarui: 4 Maret 2022   19:50 255
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pembangkit Listrik Tenaga Surya -- Listrik merupakan kebutuhan primer bagi kehidupan manusia. Tanpa listrik, peralatan elektronik tidak dapat digunakan atau berfungsi dengan baik. Listrik juga merupakan sumber penerangan bagi kehidupan manusia dan merupakan kebutuhan pokok bagi segala aktivitas. Meningkatnya kebutuhan listrik konvensional atau PLN dapat menyebabkan krisis listrik setiap saat. Untuk mencegah krisis ini, banyak orang yang mulai beralih menggunakan sumber energi alternatif. Salah satu sumber energi alternatif yang banyak digunakan adalah Pembangkit Listrik Tenaga Surya atau lebih dikenal dengan PLTS. Pembangkit listrik ini bisa menjadi solusi terbaik bagi Anda yang ingin lebih hemat energi dan hemat biaya.

PLTS di Indonesia ke depan diyakini memiliki potensi yang besar. Semakin banyak orang yang ingin menggabungkan energi listrik konvensional seperti PLN dengan energi surya alternatif ini. Selain diminati dalam skala perumahan, ke depan PLTS ini akan banyak diminati oleh skala industri atau pabrik. Diperkirakan biaya listrik akan terus meningkat sehingga tagihan akan terus membengkak. Untuk biaya dan energi, PLTS akan banyak diaplikasikan untuk kebutuhan industri atau pabrik.

Penggunaan energi alternatif untuk bangunan komersial, seperti gedung perkantoran, pusat konstruksi, hotel, rumah sakit, dan lain-lain, juga terbukti lebih efisien, efektif dan efisien. Pemerintah sudah mulai menggunakan energi terbarukan dengan pembangkit listrik tenaga surya untuk mendukung program atau pembangunan infrastruktur. Salah satu contohnya adalah untuk elektrifikasi pedesaan.

Masih banyak desa di Indonesia yang belum memiliki akses listrik yang merata. Meski rasio elektrifikasi perdesaan mencapai 99,48% atau meningkat signifikan sebesar 84% dari 2019, per Agustus 2020, masih ada 433 desa di Indonesia yang belum teraliri listrik. Secara rinci, 433 desa tersebut terbagi atas 325 desa di Papua, 102 desa di Papua Barat, 5 desa di Nusa Tenggara Timur, dan 1 desa di Maluku. Dengan menggunakan energi alternatif dari tenaga surya, diharapkan akses listrik dapat dinikmati secara merata oleh seluruh masyarakat Indonesia.

Untuk mendukung penggunaan energi baru dan terbarukan, pemerintah mulai menggunakan energi alternatif dari sinar matahari untuk kebutuhan fasilitas umum. Misalnya menggunakan energi matahari untuk penerangan luar ruangan agar anggaran bisa lebih hemat. Indonesia merupakan negara tropis, sehingga ke depan energi alternatif dari sinar matahari ini akan dimanfaatkan secara optimal di berbagai sektor.

Pemerintah terus meningkatkan pengembangan energi baru dan terbarukan (EBT) guna mencapai target 23% energi baru dan terbarukan (EBT) dalam bauran energi nasional pada tahun 2025 sebagaimana diamanatkan oleh Rencana Umum Energi Nasional (RUEN). ).

PLTS off-grid yang dikelola secara komunal atau sering disebut dengan sistem PLTS standalone, beroperasi secara mandiri tanpa terkoneksi dengan jaringan PLN. Sistem ini membutuhkan baterai untuk menyimpan energi listrik yang dihasilkan setiap hari untuk memenuhi kebutuhan listrik pada malam hari. Ada dua konfigurasi sistem PV off-grid yang umum digunakan yang akan dijelaskan, yaitu sistem penyambungan AC atau kopling AC dan penyambungan DC atau kopling DC.

Secara singkat, DC adalah singkatan dari arus searah, sedangkan AC adalah singkatan dari arus bolak-balik. kopling mengacu pada titik koneksi dalam sistem. Kopling DC menghubungkan rangkaian modul fotovoltaik ke sisi sistem mini-grid PV melalui pengontrol muatan surya. Sementara itu, sistem. Kopling AC terhubung ke rangkaian modul surya dan baterai ke sisi AC melalui inverter grid dan inverter baterai. Jika ada kelebihan daya yang tidak digunakan oleh beban, kelebihan daya tersebut akan diubah kembali menjadi DC oleh inverter baterai dan energi tersebut akan disimpan di baterai.

Sistem dianggap memiliki konfigurasi sistem DC (DC-coupling) jika komponennya terutama terhubung ke bus DC. Tenaga listrik dihasilkan oleh modul fotovoltaik dan digunakan untuk mengisi baterai melalui solar charge controller. SCC merupakan konverter DC-DC untuk menurunkan tegangan modul fotovoltaik ke level tegangan baterai yang juga dilengkapi dengan maximum power point tracker (MPPT) untuk mengoptimalkan penangkapan energi. Pada hari, disinari dengan sinar matahari, baterai diisi untuk pengisian (SoC, status pengisian). Bepergian dengan permintaan listrik yang akan dimuat di luar daya rangkaian fotovoltaik yang terhubung, inverter baterai akan menguras energi dari baterai dan akan berhenti beroperasi ketika SoC baterai mencapai batas minimum.

Setelah mengenal PLTS dalam konfigurasi DC-coupling, mari berkontribusi meningkatkan energi baru dan terbarukan (EBT) untuk mencapai target 23% energi baru dan terbarukan (EBT) dalam bauran energi nasional pada tahun 2025.

Dengan beralih ke energi alternatif dari sinar matahari, Anda tidak akan menghemat biaya listrik bulanan tetapi pada saat yang sama menciptakan lingkungan energi yang lebih bersih. Energi baru dan terbarukan ini juga yang terbaik untuk menghadapi ancaman krisis listrik yang bisa terjadi di masa depan sekaligus mengurangi efek pemanasan global yang semakin terasa saat ini.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun