Bukan cuma manusia saja yang sering menggunakan ayat suci untuk mencapai keinginannya, iblis sekalipun mau menggunakan ayat suci. Hal ini dialami Yesus saat Dia dicobai oleh iblis.
“Kemudian Iblis membawa-Nya ke Kota Suci dan menempatkan Dia di bubungan Bait Allah, lalu berkata kepada-Nya: "Jika Engkau Anak Allah, jatuhkanlah diri-Mu ke bawah, sebab ada tertulis: Mengenai Engkau Ia akan memerintahkan malaikat-malaikat-Nya dan mereka akan menatang Engkau di atas tangannya, supaya kaki-Mu jangan terantuk kepada batu." (Matius 4:5-6)
Tujuan iblis menggoda Tuhan Yesus adalah agar Yesus tunduk pada perintahnya. Iblis menginginkan agar Tuhan Yesus menunjukkan kehebatan-Nya sebagai anak Allah, dimana apabila itu terjadi ,maka Tuhan Yesus mempertontonkan sebuah kesombongan kepada umat-Nya.
Agar Tuhan Yesus mau melakukan perintahnya, maka iblis mengutip kitab suci sebagai jaminan bahwa Yesus akan baik-baik saja apabila Dia menjatuhkan diri dari atas Bait Allah itu. Sebagai Anak Allah, Yesus dijaga oleh malaikat-malaikat dan menyelamatkan-NYa agar tidak terluka saat menjatuhkan diri. Disana ada pengakuan dan pujian untuk Yesus, namun dibaliknya itu adalah sebuah tipu muslihat.
Jika iblis saja mau menggunakan ayat suci sebagai alat tipu muslihat, apa lagi manusia. Iblis dan orang-orang jahat ini tidak peduli pada kebenaran dan kesucian ayat sucinya. Mereka hanya peduli pada tujuan yang ingin mereka capai. Dan ini ampuh bagi mereka penggila ayat, namun tidak memahami apa sebenarnya arti dari ayat itu. Jadi, munafik kalau kita mengatakan tidak ada orang yang menggunakan ayat suci sebagai alat tipu muslihat. Di dunia ini banyak yang menggunakan ayat-ayat suci untuk kepentingan tertentu, tak terkecuali para pemimpin agama.
Kitab suci tidak selamanya digunakan untuk pengajaran dan pendalaman iman bagi para penganutnya. Ayat-ayat suci pun bisa kehilangan makna sebagai firman Tuhan yang menuntun hidup umat-Nya apabila digunakan tidak sesuai dengan semestinya.
Jika si pengajar menyampaikan ayat suci untuk mengajarkan umatnya agar hidup dan mengimani ayat suci tersebut, maka ayat suci itu adalah ayat yang menuntun hidup. Namun bila si pengajar menyampaikan ayat suci dengan tujuan agar umat melakukan keinginannya tertentu, maka ayat suci tersebut tidak ubahnya sebagai sebuah alat tipu muslihat.
Salah besar jika kita mengatakan bahwa ayat suci tidak pernah “diperdagangkan”. Dan sebuah keanehan menuduh orang yang mengatakan ‘ayat suci banyak dipakai sebagai alat tipu muslihat’ sebagai seorang penista. Ayat suci tetaplah ayat suci, manusia tidak dapat mengubahnya menjadi ayat yang hina. Ayat dikatakan suci karena berasal dari yang Maha Suci, pemilik langit dan bumi. Dan ketika manusia hina menggunakannya untuk kepentingannya yang busuk, ayat suci ini tetap berasal dari Tuhan. Artinya ayat suci ini tetaplah suci, tidak hina. Hanya saja hakekatnya akan berubah dari ayat penuntun hidup menjadi alat tipu muslihat.
Ketika si iblis menggunakan ayat suci seperti tertulis di Kitab Matius di atas, maka ayat tersebut tetaplah suci, tidak menjadi hina. Untuk itu, umat Kristen tidak perlu mendemo si iblis. Dan kalau masih ngotot, demolah dirimu sendiri karena barangkali si iblis sedang tinggal di dalam dirimu. Manusia tidak perlu sok-sokan membela Tuhan dan Kitab suci-Nya, karena Tuhan tidak lemah, tidak rapuh, Dia perkasa dan Maha Kuasa. Justru Tuhan lah pembela kita, dan hanya kepada-Nya lah selayaknya kita memohon pembelaan dan perlindungan. Setidaknya itulah Tuhan yang ku percaya.
Salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H