Mohon tunggu...
Rika Yoesz
Rika Yoesz Mohon Tunggu... -

freelance

Selanjutnya

Tutup

Money

Bertandang Ke Sentra Kerupuk di Indragiri Hulu, Anggota SPP

31 Maret 2014   22:24 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:15 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13962540671571293944

Suara deru mobil hilir mudik menjadi hal rutin setiap harinya di desa Pematang Jaya, kecamatan Rengat Barat, Kabupaten Indragiri Hulu di salah satu kabupaten di Provinsi Riau yang sangat terkenal dengan daerah transmigrasi. Wajah-wajah ceria dihiasi senyum merekah menyambut pagi dan siap untuk beraktivitas mengejar materi untuk berbagi kehidupan. Mulai membesarkan anak-anak, menyekolahkannya hingga ke perguruan tinggi, membangun rumah dan lainnya, semua dihadapi mereka dengan optimis. Mereka kini tak hanya berharap dari hasil pertanian, karena industry rumahan yang dikelola oleh para ibu-ibu di desa ini juga cukup menjanjikan.

[caption id="attachment_317815" align="aligncenter" width="576" caption="sentra kerupuk di Inhu Riau"][/caption]

Desa Pematang Jaya, adalah salah satu dari ratusan wilayah eks transmigrasi di provinsi Riau. Daerah transmigrasi dari masyarakat pulau jawa ini dahulunya boleh terbilang cukup memprihatinkan. Meski pemerintah memberikan mereka lahan  masing-masing keluarga sebanyak 2 hektar dan tempat tinggal dibangunkan, namun bukan berarti mereka langsung bisa hidup dari hasil bercocok tanam. Maklum, saat itu mereka harus menaklukan lahan hutan gambut, yang tidak begitu gampang ditaklukan dengan sembarangan tanaman. Apalagi kondisi infrastruktur jalan dan fasilitas umum belum terpenuhi. Masa-masa sulit terus mereka lewati pada masa itu, hingga tak jarang dari mereka yang harus kembali ke pulau Jawa, lari dari wilayah Transmigrasi.

Sekarang, desa Pematang Jaya tumbuh begitu pesat. Selain lahan pertanian mereka yang ditanam karet, sawit, ubi dan perkebunan lainnya, hal yang membuat geliat kehidupan itu tumbuh adalah adanya peran perempuan dalam kegiatan keekonomian di desa ini.  Peran perempuan yang ikut menopang kehidupan keluarga. Hingga Kampung ini dikenal sebagai Kampung sentra pembuatan kerupuk.

Di desa ini banyak kegiatan home industry. Mereka umumnya binaan Kelompok Simpan Pinjam Perempuan (SPP) dalam program PNPM Mandiri Perdesaan. Kelompok ini sekarang telah menjadi Koperasi Perempuan. Ada pembuat kue anting-anting, roti ketawa dan yang paling banyak adalah pembuatan kerupuk.

Menurut Sri, ketua kelompok SPP / koprasi wanita Enggal Maju ada 6 orang anggota kelompoknya yang kini sebagai pengusaha kerupuk. Untuk 1 Orang pengusaha

“Untuk memenuhi kehidupan, sekarang masyarakat tidak hanya berharap dari hasil perkebunan yang pendapatannya melihat musim. Sehingga penghasilan dari industry rumahan kerupuk ini begitu diharapkan dan menjadi kebutuhan utama keluarga.

Adalah ibu  Nur asih. Ia adalah pengusaha kerupuk rumahan. Perharinya minimal 1 kwuintal atau 100 Kg akan diorder langsung oleh pemasok. Pemasok biasanya langsung datang ke rumah ibu Nur Asih yang merangkap sebagai pabrik.

Untuk usaha kerupuk ini, umumnya mereka tidak menggunakan alat pengolahan seperti yang dilakukan oleh pabrik pada umumnya. Mereka melakukannya dengan cara manual. Sebab cetakan-cetakan yang mereka hasilkan  hanyalah potongan – potongan petak yang dipotong dengan pisau atau gunting. Pagi harinya para pekerja membuat adonan terlebih dahulu yang terbuat dari tepung tapioca dan bumbu. Perharinya 100 kg tepung, atau 2 goni atau lebih. Kemudian mencetaknya dengan mengkukus adonan di atas kukusan. Di dapur yang berukuran 5 x 8 meter itu berjejer tungku dan kuali pengkukus yang siap memasak bahan-bahan tersebut. Di dapur itu pula mereka memotong-motongnya untuk kemudian di jemur di atas seng.

Dengan halaman yang luas , potongan adonan yang telah dikukus itu pun siap untuk dijemur. Tentu saja, usaha ini sangat berharap dari matahari untuk mengeringkan bahan-bahan tersebut, kalau musim hujan mereka memang cukup kerepotan sebab tidak memiliki alat pengering.

Usai dikeringkan, biasanya para pekerja akan pulang kembali ke rumahnya masing-masing. Para ibu-ibu yang membantu pembuatan kerupuk biasanya sudah selesai pada tengah hari. Dan mereka sudah bisa kembali beraktivitas dirumahnya masing-masing. Mereka pun masih sempat mengurusi keluarga mereka, membersihkan rumah, memasak dan mengikuti perwiritan. Sore harinya, biasanya ada satu orang pekerja lagi yang membantu ibu… untuk mengumpulkan kerupuk yang sudah mongering.

Untuk upah, … memberikannya perhari. Untuk pekerjaan dari jam 8 pagi sampai tengah hari upahnya Rp 15.000, sedangkan yang bekerja sampai sore hari Rp 30.000. Namu biasanya pebayarannya setiap minggu.

“Alhamdulillah, sejak ada usaha kerupuk di kampung, kami tak perlu lagi mencari pekerjaan di luar.” Ujar salah seorang pekerja. Uang ini bisa dimanfaatkan untuk menambah keperluan sekolah. Untuk kebutuhan makan sehari-hari mereka bisa mendapatkan dari kebun yang masih bisa mereka rawat disela – sela pekerjaan.

Perharinya sendiri, ada 100 kg lebih kerupuk yang dihasilkan, setiap harinya pasti ada saja pemasok yang datang dengan membawa mobil angkutan. Sebab biasanya mereka mengambil kerupuk dalam porsi yang banyak. Di kampung ini saja ada 10 usaha kerupuk keluarga, 6 diantaranya menjadi binaan kelompok SPP- dari program PNPM Mandiri Perdesaan.

“Itu pun masih kurang.” Jelas ….  Kalau stok kerupuk masih ada biasanya mereka masih mau angkut. Tapi tenaga kita masih kurang. Perhari satu kuintal saja kita sudah kerepotan.” Ibu … memang tidak mau memakai teknologi, atau alat untuk mempercepat produksi, selain harga alatnya mahal, tanpa teknologi mereka berarti bisa memanfaatkan tenaga para ibu-ibu di desa.

Perkilonya harga yang dijual ke pemasok Rp 13.000,

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun