KELOMPOK IBU –IBU DESA BULUH NIPIS BINAAN UPK SIAK HULU, KAMPAR
Pagi-pagi hari beberapa kaum ibu sudah menyibukan diri di kebun Jamur tiram berukuran 4x6 meter yang tertutup atap dan dinding rumbiah. Mereka menyiram kebun jamur tiram itu dengan tangan-tangan lembut agar tidak mengganggu pertumbuhan Jamur Tiram berwarnah putih bersih. Hari itu juga mereka memanennya untuk kemudian menjualkannya ke pasar atau mungkin sudah habis dipesan oleh warga sekitar. Senyum ceria itu tak lekang dari ibu-ibu kelompok yasinan di desa Buluh Nipis binaan Unit Pengelola Kegiatan (UPK) kecamatan Siak hulu dari program PNPM Mandiri Perdesaan. Perharinya hasil yang mereka panen bisa mencapai 10 Kg dari 1000 lebih pot pohon jamur Tiram.
[caption id="attachment_317813" align="aligncenter" width="300" caption="jamur tiram tanaman ibu"][/caption]
Tak ingin berpangku tangan berharap dari hasil ladang karet dan nelayan para suami, tekat itu pun begitu kuat di sampaikan oleh kaum ibu yang terdiri beberapa dusun dan kebetulan dari kelompok wirit yasin. Program PNPM Mandiri Perdesaan pengganti SPP diminta oleh mereka untuk membuka usaha Jamur Tiram. Semangat ini didorong oleh pengalaman Ibu Lasmi yang pulang kampung dari perantauannya di Jawa Barat. Ia yang selama ini berbisnis Jamur Tiram di Jawa Barat ingin mengajak ibu-ibu di desanya agar bisa menjadi warga yang mandiri. Karena tekat besar itulah, Kepala Desa H.Rusli ikut bersemangat merekomendasikan usulan ibu-ibu itu kepada UPK. Hasilnya tentu saja membahagiakan para ibu-ibu.
Ibu Hidayah adalah ketua kelompok ini. Mereka membagi tugas kerja menjadi 7 kelompok sesuai hari kerja, masing-masing kelompok sekitar 4 atau 5 orang yang bertugas pagi dan sore hari untuk menyiram pohon jamur tiram tersebut dan sekaligus memanennya. Hasilnya panennya mereka jual ke pasar dan sebagiannya sudah dinikmati oleh anggota kelompok.
“Dari hasil panen kami selama 3 bulan ini sudah tersimpan empat juta rupiah.” Ujar Ibu Saridah sang Bendahara.
“Uang simpanan hasil penjualan Jamur Tiram itu rencananya akan kami gunakan untuk mengembangkan usaha ini. “ Tambah Ibu Hidayah “Tapi kami terkendala dengan pemasaran.” Ujarnya lagi sepertinya mulai tidak bersemangat. Tetapi kehadiran fasilitator Kabupaten dan Kecamatan hari itu kembali memberikan semangat baru bagi mereka setelah diberikan masukan pengelolaan usaha. Upaya-upaya untuk melakukan pemasaran ke luar desa, termasuk juga menjalin kerjasama dengan Restaurant atau Hotel di Pekanbaru. Dan pertimbangannya, kalau sudah kerjasama dengan restaurant atau hotel harus ditingkatkan jumlah produksinya agar penjualan bisa kontinius.
“Kalau ingin mengembangkan usaha, ibu-ibu bisa meminjam di UPK” Ujar Murdiati Fasilitator Kabupaten, “tetapi ibu-ibu harus mempertimbangkan pengelolaan keuangannya, hasilnya harus lebih besar dari pengeluaran sehingga bisa membayar cicilan dan ibu-ibu bisa memperoleh keuntungan.”
Hari itu, pertemuan antara fasilitator dengan ibu-ibu pengusaha Jamur Tiram seperti melahirkan kembali semangat baru. Mereka ingin menjadikan kampung mereka menjadi sentra usaha jamur tiram. Bila setiap rumah sudah memiliki kebun jamur tiram, bukan tidak mungkin, para distributorlah yang akan datang sendiri ke kampung mereka. Dan masyarakat desa pun tinggal mengutip hasilnya.
Nah ibu… tunggu apa lagi, ibu-ibu di Desa Buluh Nipis telah berbuat, kini giliran anda. Karena mimpi tidak akan melahirkan kehidupannya nyata bila hanya berpangku tangan di rumah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H