Mohon tunggu...
RIKA SAFITRINUR
RIKA SAFITRINUR Mohon Tunggu... Mahasiswa - Belajar selalu untuk menjadi yang terbaik

SMPN 02 Nglegok SMAN 01Garum Mahasiswa Universitas Negeri Malang

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kesimpulan Penguasaan Materi "Perjalanan Pendidikan Indonesia"

6 November 2022   14:22 Diperbarui: 6 November 2022   14:33 3381
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Perjalanan pendidikan nasional memberikan pemaknaan dan gambaran suatu sistem pendidikan baru yang berdasarkan atas kebudayaan kita sendiri dan mengutamakan kepentingan masyarakat. 

Intelektualisme harus dijauhi dan harus dipraktekkan sistem mengajar yang dinamai sistem among yang menyokong kodrat alam anak-anak didik, bukan dengan "perintah-paksaan", tetapi dengan tuntunan, agar berkembanglah hidup lahir dan batin anak atas kodratnya sendiri. 

Praktik pendidikan nasional itu haruslah ada kemerdekaan yang seluas-luasnya yang dikenalkan Ki Hajar Dewantara yang berkenalan dengan gagasan-gagasan tokoh-tokoh pendidikan dunia seperti JJ Rousseau, Dr Frobel, dr Montessori, Rabindranath Tagore, John Dewey, dan Kerschensteiner pada masa pembuangannya ke negeri Belanda. 

Tokoh yang pemikirannya tampak sangat mempengaruhi Ki Hadjar Dewantara adalah Frobel dengan pendidikan anak-anaknya yang menekankan pengembangan angan-angan anak-anak untuk mengajarkan anak-anak berpikir melalui permainan. Sekembalinya Ki Hadjar Dewantara dari Negeri Belanda, ia merealisasikan buah pemikirannya dengan menyelenggarakan Perguruan Taman Siswa (Nationaal Onderwijs Instituut Taman Siswa). 

Buah pemikiran Ki Hadjar Dewantara tentang tujuan pendidikan yaitu memajukan bangsa secara keseluruhan yang di dalamnya banyak terdapat perbedaan-perbedaan dan dalam pelaksanaan pendidikan tersebut tidak boleh membeda-bedakan agama, etnis, suku, budaya, adat, kebiasaan, status ekonomi, status sosial, dan sebagainya, serta harus didasarkan kepada nilai-nilai kemerdekaan yang asasi karena Tuhan memberi manusia kemerdekaan untuk mengembangkan diri dari ikatan alamiah menuju tingkatan budaya. 

Dalam bidang pendidikan dan kebudayaan, perguruan Taman Siswa memberikan saham besar kepada pendidikan nasional dan boleh dikatakan semua prinsip Taman Siswa telah tercakup di dalamnya, di antaranya istilah "Tut Wuri Handayani" yang berarti tetap mempengaruhi dengan memberi kesempatan kepada anak didik untuk berjalan sendiri. 

Pada zaman dahulu pendidikan tidak bisa didapatkan oleh senabarangan orang untuk itu syukur menjadi bagian utama di masa sekarang setiap orang memiliki kebebasan untuk mendapatkan pendidikan bahkan dalam peraturan UUDNRI 1945 tertuliskan setiap orang berhak mendapatkan pendidikannya.

Pengalaman baru yang saya peroleh dari pemikiran Ki Hjaar Dewantara dan akan saya praktikkan disekolah orientasi nasional, kultural dan sosial harus menitikberatkan faktor utamanya adalah manusia itu sendiri, dan karenanya sifatnya adalah manusiawi sesuai dengan cita-cita pendidikan yang diperjuangkan. 

Jadi Ing ngarso sung tulodo, Ing madya mangun karso, Tut wuri handayani, terjemahan bebasnya adalah berilah contoh nyata ketika anda di depan menjalankan semangat pada semua ketika di dalam kancah, dan dari belakang mendorong tercapainya cita-cita yang jalurnya diserahkan kepada kemerdekaan setiap orang. 

Kebebasan dengan tautan merdeka seperti konsep yang dituangkan Ki Hajar Dewantara bagi guru dan siswa untuk menerapkan sistem pembelajaran yang efektif dan menyenangkan nantinya turut meningkatkan dan sebagai penyumbang kualitas sistem pendidikan nasional. 

Konsep mengutamakan kebutuhan murid dengan guru sebagai panutan dan teladan, guru harus mampu membangun dan mencetuskan ide-ide, dan guru harus mampu menjadi pendorong, motivator, dan pembimbing. Kekuatan, daya, dan kemerdekaan untuk bertindak atau memilih tindakan sendiri dengan sadar hal ini telah ditularkan kepada anak. Filosofi pendidikan KHD ini masih sangat relevan dan bahkan dapat diterapkan dalam rangka mempersiapkan diri untuk hidup pada abad 21 dimana beberapa skill menjadi sangat fundamental diantaranya Critical Thinking, Creativity, Communication, dan Collaboration.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun