RESENSI NOVEL
Identitas buku                            Â
Judul buku : Sekuntum Rindu Untuk Ibu
Penerbit buku : Feryanto Hadi
Penerbit : Almanda Media, Jakarta
Tahun terbit : 2010
Halaman buku : 122
Pendahuluan
 Seorang penulis buku ini karena saya sendiri terinspirasi dengan perjuangan seorang kaum wanita untuk mengandung dan melahirkan seorang anak tanpa memikirkan dirinya sendiri, sehingga memancarkan sebuah perjuangan yang begitu berat disaat melahirkan seorang anak tetapi sebagai kaum wanita wajib mempunyai anak, karena itu kaum wanita turut harus sekali dihormati, jangan sampai tergores sedikit hatinya dan kaum wanita, tidak diragukan lagi memiliki kedudukan khusus dalam tatanan masyarakat Islam. Bahkan rasulullah Saw, sendiri telah menyebut wanita sebagai sebaik-baik perhiasan dunia. Wanita muslimah di tengah masyarakatnya, ditempatkan dalam posisi dan bingkai yang amat mulia. Islam memandang wanita melalui kesadaran terhadap tabi'atnya, hakikat risalahnya serta pemahaman terhadap konsekuensi logis dari special kodrat yang telah di anugerahkan Allah Swt. Kepadanya.
 Seorang muslimah yang shaleh, adalah sebuah perisai yang sunggu menawan. Karena itu wanita dalam masyarakat islam memiliki peranan yang sangat penting dan mendasar. Bukan semata sebagai penghias dunia saja, melainkan peran-peran tersebut di berikan dengan tujuan untuk semakin memperteguh pondasi islam di segala zaman. Akan tetapi, peran penting tersebut harus sesuai dengan bingkai yang telah di tentukan oleh islam.  Dalam kata lain peranan itu tidak bertentangan dengan kodratnya sebagai wanita yang dalam susunan biologis dan nilai-nilai kejiwaannya berbeda dengan kaum laki-laki. Dan di dalam novel Sekuntum Rindu Untuk Ibu, sehingga menceritakan pula ibu merupakan sebuah peran social yang sangat kita kenal dan begitu dekat dengan kehidupan kita. Ibu kiranya di dunia ini, tida ada budi yang bisa mengimbangi ataupun membalas kasih sayang maupun cinta dari seorang ibu. Cinta seorang ibu terus ada seperti sebuah mata air, tak pernah surut, mengalir dalam darah da ruh kita. Seperti seorang guru, seorang ibu sejatinya juga adalah pahlawan tanpa tanda jasa. Mereka dengan tukus dan ikhlas telah memberikan melebihi dari yang seharusnya diberikan. Walau terkadang seorang ibu itu tidak bisa memberikan apa yang anaknya minta, namun seorang ibu akan selalu berusaha memberikan yang terbaik untuk anak-anaknya.
Sedangkan anak adalah buah cinta dari dua hati, dua raga, namun ia tidak dititipkan dalam dua Rahim. Ia dititipkan dalam Rahim sang ibu, selama Sembilan bulan atau lebih: disana ia hidup dalam kesunyian sembari menghisap saripati kehidupan sang ibu. Lalu ia keluar (lagi-lagi) atas perjuangan seorang ibu. Mulialah wanita shalihah. Di dunia, ia akan menjadi lentera bagi keluarganya dan berperan melahirkan generasi impian.