Mohon tunggu...
Rika Rosilawati
Rika Rosilawati Mohon Tunggu... Mahasiswa - Alumni Mahasiswa Universitas Majalengka

Melangkah yang pasti tanpa lelah

Selanjutnya

Tutup

Roman

Konflik Batin Para Tokoh dalam Novel SIN Karya Faradita (Pendekatan Psikologi Sastra)

20 Desember 2023   17:40 Diperbarui: 20 Desember 2023   18:30 132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Branca (dalam Walgito, 1997:8) mengutarakan bahwa psikologi merupakan ilmu tentang tingkah laku, dalam hal ini adalah menyangkut tingkah laku manusia. Secara kategori, sastra berbeda dengan psikologi karena sastra berhubungan dengan seni (art), sedangkan psikologi merujuk pada perilaku manusia dan proses mental. Namun, keduanya memiliki titik temu yang sama yakni berangkat dari manusia dan kehidupan sebagai sumber kajian. Tentang manusia sebagai sumber kajian, psikologi terlibat erat karena psikologi mempelajari perilaku. Perilaku manusia tidak lepas dari aspek kehidupan yang membungkusnya dan mewarnai perilakunya. Novel sebagai bentuk sastra, merupakan jagad realita yang di dalamnya terjadi peristiwa dan perilaku yang dialami dan diperbuat manusia atau yang disebut dengan tokoh (Siswantoro, 2005:29).

Dalam Novel Sin Karya Faradita yang menceritakan tentang konflik di dalam cerita rekaan atau drama yakni pertentangan antara dua kekuatan, pertentangan dalam diri satu tokoh, pertentangan antara dua tokoh. Selain itu, psikologis sastra juga sebagai “gejala kejiwaan” yang di dalamnya terkandung fenomena-fenomena yang menampak lewat perilaku tokoh-tokohnya. Karya sastra dapat didekati dengan menggunakan pendekatan psikologi karena antara sastra dengan psikologi memiliki hubungan lintas yang bersifat tak langsung dan fungsional. Bersifat tak langsung, artinya hubungan itu ada karena baik sastra maupun psikologi memiliki tempat berangkat yang sama. 

Bahkan  pada Umumnya konflik dapat dikenali karena beberapa ciri, menurut Dirgagunarsa (dalam Sobur, 2007:293) adalah sebagai berikut. 1) Terjadi pada setiap orang dengan reaksi berbeda untuk rangsangan yang sama. Hal ini bergantung pada faktor-faktor yang sifatnya pribadi. 2) Konflik terjadi bilamana motif-motif mempunyai nilai yang seimbang atau kira-kira sama sehingga menimbulkan kebimbangan dan ketegangan.

Metode penelitian yang digunakan dalam menganalisis novel Sin karya Faradita adalah metode deskriptif kualitatif. Pengkajian ini bertujuan untuk mengungkapkan berbagai informasi kualitatif dengan pendeskripsian yang teliti dan penuh nuansa untuk menggambarkan secara cermat sifat-sifat suatu hal (individu atau kelompok), keadaan fenomena, dan tidak terbatas pada pengumpulan data, melainkan meliputi analisis dan interpretasi (Sutopo, 2002:8-10). Dalam penelitian ini penulis mengungkapkan permasalahan-permasalahan  yang ada dalam novel Sin  karya Faradita, analisis dengan menggunakan teori konflik batin.

Maka dari itu, penulis dapat menemukan analisis konflik batin para tokoh yang terdapat dalam novel Sin karya Faradita sebagai berikut:

Tokoh Ametta Rinjani yang memiliki watak yang sombong, cuek, playgirl, dan jahat terhadap teman-temannya. Konflik batin terhadap tokoh Ametta itu pertikaian, selalu mempermaikan dan selalu mencari masalah terhadap orang dalam hal seperti ketika cowoknya yang masih mempunyai perasaan terhadap Ametta, sampai-sampai Ametta tersebut mengacuhkan perasaannya seolah-olah dirinya selalu mempermainkan perasaan cowok yang ingin mendekatinya, cowok Ametta itu yang bernama Rio sampai-sampai Rio itu berlutut terhadap Ametta dikarena dirinya tidak ingin diputuskan oleh Ametta tetapi Ametta sendiri tetap memaksakan dirinya ingin putus dengan Rio. Yang tercantum dalam kutipan.

    “Denger ya, Rio. Gue udah males. Minggir,”ucap Ametta seraya mengibaskan kaki. Bukannya tersinggung, Rio malah semakin      memohon karena tidak mau diputuskan oleh Ametta..

    “Seharusnya dari awal lo udah ngerti gimana cara main gue.” Ametta menjauhkan kakinya yang berusaha diraih Rio.” Dan kalo gue udah bilang putus, lo harusnya cukup pinter buat tau artinya apa. Gue gak butuh lo lagi.”

Ametta bersidakep. Dua cewek dibelakangnya tertawa karena melihat ia akan mematahkan hati seseorang sekaligus mempermalukannya di depan banyak mata untuk yang kesekian kalinya di bulan ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Roman Selengkapnya
Lihat Roman Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun