Saudara...
Setahun lalu aku melali ke sana. Melihat binatang. Ada gajah, monyet, jerapah, dan banyak lagi. Kulihat, di sana juga terdapat singa. Ingin sekali rasanya berkenalan, sayang aku tak punya keberanian.
Setahun lalu aku mengunjungi KBS bersama bapak, kakak, dan dua orang temannya lagi. Aku mampir ke sana untuk yang pertama kalinya. Betapa bangganya hati menginjakkan kaki di KBS. Ya, Kebun Binatang Surabaya. Ketika di sana, tempatnya masih bagus. Hewannya nakal-nakal dan masih sehat. Makannya juga banyak. Di kandang, kotor karena binatangnya yang nakal.
Setahun lalu aku mengunjunginya. Masih sangat ingat bagaimana gajah makan, seperti apa kulitnya yang tebal dan keriput. Ah, aku merindukannya. Untuk yang pertama kalinya juga aku melihat jerapah secara langsung. Lehernya menjulang tinggi ke atas. Aku takjub, Saudara. Di tempat tinggalku, belum pernah mengunjungi kebun binatang. Aku bersungguh-sungguh!
Setahun yang lalu, aku katakan suatu hari nanti ingin lagi mengunjungi KBS. Ingin lagi bertemu dengan gajah, monyet, jerapah, singa, dan binatang lainnya. Namun, aku pesimis, Saudara. Jerapah itu sudah tergeletak lemas, tidak bisa berdiri lagi. Katanya, binatang itu sudah tidak bisa menunjukkan lehernnya yang panjang... yang menjulang tinggi ke atas.
Saudara...
Miris sekali hati ini. Ke mana yang lainnya? Tidakkah binatang-binatang tak berdosa itu diberi makan yang layak? Miris sekali hati ini. Ke mana para pemerintah? Tidakkah diberi dana untuk memperbaiki KBS agar lebih menakjubkan?
Bisakah aku melihatnya lagi? Bisakah aku melihat jerapah itu berdiri? Karma yang harus diterima pejabat tak tahu diri, mengapa bisa berimbas ke binatang tak berdosa? Ah, aku tahu... mungkin saja pejabat tak tahu diri itu lebih pantas menjadi binatang. Lebih pantas menggantikan hewan yang tak berdaya itu!
Apakah aku salah?
Siapa yang salah menurut Anda semua?
Denpasar, 18-03-2012