Mohon tunggu...
Rika Risnawati
Rika Risnawati Mohon Tunggu... -

mahasiswi universitas islam negeri malang

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kognisi Sepanjang Masa Hidup

21 November 2014   22:36 Diperbarui: 17 Juni 2015   17:11 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Matahari mulai menampakan cahayanya, kupu-kupu indah berterbangan, ku tatap satu persatu bangunan yang tinggi dan akupun berkata “setinggi itulah imanku”

Teringat kembali tentang sebuah hadist rasulullah shalallahu ‘alaihi wasalam bersabda “jibril ‘allaihisalam datang kepadaku dan berkata : wahai Muhammad hiduplah sesukamu karena sesungguhnya engkau akan mati. Cintailah sesuatu yang engkau cintai karena sesungguhnya engkau akan berpisah dengannya, beramalah sesukamu karena sesungguhnya engkau akan mendapat imbalan, kemulian seorang mukmin adalaah padaa qiyamulail dan kehormatan atau kemartabatan seseorangada pada ketdak butuhannya terhadap manusia (HR Imam Hakim, kitab As-Silsilatu As-Shohihah oleh Syaikh Al-Bany)

Tepat pagi hari mulai terlihat kota malang, akupun mengikuti jalur keluar dari stasiun kereka, banyaknya ojek, supir angkot yang menawari kendaraannya, akan tetapi aku mengabaikannya katena seseorang telah berjanji akan menjemputku, kulihat dari kejauhan sesosok lelaki yang duduk dekat gerobak baso dan nampaknya dia mulai bosan menunggunku, akupun mulai menghaprinya dan tersenyum lembut padanya.
“mbk, walah tambah ayu” kata adikku yang terliaht garuk-garuk kepala entah itu menandakan malu atau bohong erhadapku
“sudah nunggu lama?”
“tidak mbk, cma satu jam aja, he he” sembari ketawa kecil

Aku dan adiku Rian langsung pulang dan selama di perjalanaan dia menceritakan perjodohanku dengan lai-laki yang belum aku kenal, aku hanya menghelan nafas perlahan dan menyimak kata-katanya dengan baik
“kalau mbak gak seneng sama lanang tu, tolak aja, aku siap bantu mbak buat kabur” ucapnya
aku tertawa kecil mendengarnya dan menepuk punggunya yang kemudia iapun ikut tertwa
“walah kamu ini, mbak tidak mau jadi anak yang durhaka, mungkin ini yang terbaik”

Sepeda motorpun berkenti, terlihat rumah berwarnaa hijau Nampak tidak ada perubahan dari 4 tahun yang lalu dari pertama aku meninggalkan kampung halaman untuk melanjutkan study di Jakarta, ku ketuk pintu perlahaandan mengucapkan salam dan pintupun mulai membuka dan wanita setengah baya memelukku dengan erat dan meneteskan air mata, aku mengusap air matanya dengan lembut perlahan tanpa sadar nampaknya akupun menangis melepas kerinduan yang selama 4 tahan aku tahan akan tetapi untuk hari ini aku bisa melihatnya, memeluknya bahkan aku bisa mencium tangannya dengan lama tanpa terburu-buru tak seperti ketika di tlpon yang terkadang jadwal kuliah membuat aku harus menunda untuk lebih lama bercakap-cakap dengannya

Usiaku semakin bertambah dan fisiku mulai berubah dan perkembangaan kognitifpun terus berlanjut. Sampai akhirnya aku menikah dengan seorang lelaki yang mungkin bukan pilihanku tapi pilihan orang tua tapi aku tetap menrimanya , karena kenapa? Karena aku yakin pilihan orang tua adalah yang terbaik meskipun aku harus menyakiti orang yang aku cintai.

Bulanpun mulai berlalu, keharmonisan kami terus berlanjut dari hari pernikahan, Allah pun mengarunia anak kepada kami. Pertama aku lihat anak itu ketika ku letakan ia di dadaku sepontan dia mengerak-gerakan kepala dan menghisah putting susu (asimilasi), ku beri nama nafisa Al-ajis, al-ajis ku ambil dari nama aayaahnya yang sekarang amat aku cintai, perkembangan fisik anakku lebih cepat dari yang aku bayaangkan dari usia 0 sampai 2 tahun biasanya kebanyakan anak mengggenggam dan melihat akat tetapi anak kami ia melihat terlebih dahulu kemudian menggenggam dan menghisapnya (priode sensoromotorik), ia mulai pintar berjalan tersenyum. Alangkah bahagianya aku melihat senyumannya sama persis dengan senyuman ayahnya yang setiap hari tersenyum kepadaku

Anak yang kuliahat sekrang sangat aktif dari anak biasanya, berlari-lari, berbicara, banyak nanya, akan tetapi kebahagianku sangatlah luar biasa ketika anak yang usia 2 tahun ini banyak mempertanyakan sesuatu kepadaku.
“umi, ini apa?” tanyanya
“ini meja makan”
“makan apa?”
selalau pertanyaan seperti inilah yang terus-terus bersambung dan tidak selesai-selesai pertanyaanya

Akupun membawa anakku ke dalam ruangan dimana ruangan itu ku jadikan tempat bermain dan terdapat beberapa mainan dan kutinggalkan sejenak dan kemudian aku kembali, kulihat nampaknya ia sedang melihat-lihat mainan satu persatu dan Nampak berpikir-pikr, kulihat terus dia dan dia tidak berpikir kalau aku ada di sekitarnya (proide pra oprasional usia 2-7 tahun), mulai bisa membedakan antara tabung yang bnayak airnya dan yang sama-sama volume airnya (priode oprasional kankret usia 7-11 tahun), bahkan semenjak usianya bertambah nafis menjadi anak yang pintar, masa inilah biasa disebut masa remaja, ia mulai berkreatip, dan memahami banyak hal dan mulai memikirkan cita-citanya yang ingin ia capai.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun