Mohon tunggu...
Rika Risnawati
Rika Risnawati Mohon Tunggu... -

mahasiswi universitas islam negeri malang

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Aku Setia Menantimu di Pintu Surga

9 Desember 2014   18:23 Diperbarui: 17 Juni 2015   15:41 762
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bismillahirrahmanirrahim

“Aku Setia Menantimu di Pintu Surga”

menitikberatkan pada sebuah hubungan halal penuh berkah, pernikahan.

Bagaimana mungkin ada dua orang yang mengatakan saling mencintai jika Allah sebagai Tuhannya dikhianati dalam bentuk hubungan bernama pacaran?
Mengapa masih ada yang menginginkan hubungan yang menikah saja belum, tetapi sudah putus? Bukankah tidak ada ikatan yang lebih kekal selain ikatan cinta yang dilandasi oleh takwa terhadap Allah? Jangan terbuai dengan orang-orang yang mengatakan, “Aku mencintaimu hingga mati,” bisa jadi maksudnya, kalau sudah mati, ya cari yang baru lagi. Dalam kajian ini, saya semakin mengerti bahwa memang kematian bukanlah perpisahan dari cinta, tetapi awal abadinya cinta. Cinta di antara orang-orang yang beriman kepada Allah.
Catatan pertama saya dalam kajian ini bertuliskan sebuah hadits, "Seorang wanita bersama suami terakhirnya". Betapa bahagianya para wanita yang mencintai suaminya karena Allah dan berpisah karena Allah; mereka akan bertemu kembali di surga-Nya kelak. Subhanallah. Penjelasan lengkapnya adalah sebagai berikut.
“Seorang wanita jika berada di bawah bimbingan seorang suami yang saleh lalu suaminya meninggal dan si istri terus berstatus sebagai janda setelahnya dan tidak menikah, Allah akan mengumpulkan keduanya di dalam surga, dan jika dia memiliki beberapa suami di dunia, maka dia di dalam surga bersama suami terakhirnya jika mereka sama dalam akhlak dan kesalehannya, berdasarkan sabda Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam:
«
المَرْأَةُ لآخِرِ أَزْوَاجِهَا»
"seorang wanita bersama suami terakhirnya."
(Dikeluarkan Ath-Thabarani dalam "al-mu'jam al-ausath" (3/275), dari hadits Abu Darda' radhiallahu anhu. Hadits ini dishahihkan Al-Albani dalam silsilah Ash-shahihah (3/275)
Ketika di akhirat, terdapat 3 tempat yang jika manusia ada di dalamnya maka orang tersebut tidak akan mengingat keluarganya. Ketiga tempat itu, yakni ketika penimbangan amal shalih, pembagian laporan hasil amalan dan dosa, serta ketika melewati shirath (jembatan terbentang di atas neraka Jahannam yang akan dilewati oleh manusia ketika menuju surga)
Pada hari dibukanya pintu surga, maka Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam yang akan membukakan pintu untuk kaum muslimin dan orang-orang yang saling mencintai karena Allah. Said bin Jubair mengatakan, “Tatkala seorang mukmin memasuki surga maka ia akan menanyakan tentang bapaknya, anak-anaknya, dan saudara-saudaranya dimanakah mereka? Maka dikatakan kepadanya bahwa mereka semua tidak sampai pada derajatmu di surga. Maka orang mukmin tersebut menjawab ‘Sesungguhnya pahala amal kebaikanku ini untukku dan untuk mereka’ Maka mereka (keluarganya) dipertemukan pada satu kedudukan dengannya.” (Tafsir Ibn Katsir, 4/73). Bukankah lengkap sudah pembalasan itu semua? Kita akan bertemu dengan Rabb yang selama ini kita memohon pada-Nya, bertemu Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam, bertemu orang-orang beriman yang dulu kita cintai di dunia. Sekali lagi, cinta yang hanya didasari oleh takwa kepada Allah yang abadi, yang tak terpisah walau ajal telah menjemput, walau amal dan dosa telah dihisab.
Orang-orang mukmin di surga kelak dapat membagi amal kebaikannya untuk mendapatkan syafaat bagi orang lain dengan syarat atas izin Allah dan ada keridhoanAllah terhadap orang yang diberi syafaat. Namun, ini bukan menjadi alasan bagi manusia untuk mengabaikan ibadah karena berharap mendapat syafaat melalui orang-orang beriman yang mencintainya. Setiap manusia memiliki kewajiban untuk beribadah kepada Allah sebagaimana tujuan diciptakannya manusia. Adapun manusia tentu tidak luput dari dosa walaupun memiliki amal shalih. Bagi orang-orang yang beriman, malaikat yang memikul ‘Arsy memohonkan ampunan bagi mereka kepada Allah Ta’ala. Sedikit tambahan informasi tentang malaikat yang memikul ‘Arsy, Al-Muzani menyatakan, “Di antara Malaikat itu ada yang (bertugas) dengan kemampuannya memikul ‘Arsy”. Disebutkan dalam suatu hadits tentang salah satu Malaikat yang memikul ‘Arsy adalah makhluk yang sangat besar. Jarak antara cuping telinga dengan pundaknya adalah sejauh perjalanan 700 tahun.
“Aku diizinkan untuk menceritakan tentang salah satu Malaikat Allah pembawa ‘Arsy. Sesungguhnya (jarak) antara cuping telinganya dan pundaknya sejauh perjalanan 700 tahun.” (HR. Abu Dawud, dishahihkan oleh Syaikh al-Albany).
Perjalanan 700 tahun itu adalah perjalanan berkuda dengan kuda yang larinya cepat, menurut penjelasan Al-Munawi dalam Faidhul Qodiir (1/586). Allah menyatakan bahwa malaikat yang membawa ‘Arsy maupun yang berada di sekeliling ‘Arsy bertasbih mensucikan Allah dan memohonkan ampunan untuk orang-orang beriman:
“(Malaikat-malaikat) yang memikul 'Arsy dan malaikat yang berada di sekelilingnya bertasbih dengan memuji Tuhannya dan mereka beriman kepada-Nya serta memohonkan ampunan bagi orang-orang yang beriman (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, rahmat dan ilmu yang ada pada-Mu meliputi segala sesuatu, maka berilah ampunan kepada orang-orang yang bertaubat dan mengikuti jalan (agama)-Mu dan peliharalah mereka dari azab neraka,” (Terjemahan Q.S. Ghafir/ Al-Mu’min (40): 7)
Dunia ini adalah penjara bagi orang-orang yang beriman, tetapi surga bagi orang-orang kafir. Surga diliputi oleh hal-hal yang penuh larangan. Hal tersebut menjadi sebab banyaknya penghuni neraka. Mereka yang dalam kebebasan dengan motto hidup hanya sekali, lakukan segala hal yang kau sukai akan terjerat pada panasnya api neraka. Seharusnya, karena hidup hanya sekali, maka ikutilah perintah Allah, jangan pernah melakukan sesuatu tanpa iman dan ilmu. Hidup ini bukan untuk bersenang-senang tanpa batas.
Beberapa catatan untuk para suami agar menjadi suami yang setia menanti istrinya di pintu surga:
1. Suami dan istri harus saling menunaikan kewajibannya. Suami memiliki kewajiban untuk menuntun istrinya masuk ke dalam surga. Hal ini berkaitan dengan pemimpin memiliki tanggung jawab terhadap hal yang ia pimpin. Jadi, seorang suami tidak mungkin masuk surga jika ia mengabaikan istrinya yang hidup dalam pengabaian terhadap Allah ta’ala.
2. Suami memberikan sesuatu kepada istri bukan berdasarkan kedudukan istri, tetapi sesuai dengan kemampuan suami. Seorang lelaki yang menikah seorang perempuan dari keluarga yang berkecukupan akan sulit menanggung biaya hidupnya, karena itu diperlukan keikhlasan dari sang istri untuk menerima setiap hal yang telah diusahakan oleh sang suami.
3. Tidak memukul di bagian wajah istri. Mengapa? Karena wajah adalah bagian tubuh yang paling mulia dan paling terlihat oleh orang lain. Di wajah terdapat anggota lainnya yang mulia dan lembut. Hadits ini merupakan dalil wajibnya menjauhi memukul wajah ketika mendidik istri.
4. Tidak boleh menjelek-jelekkan istri. Seorang suami diharapkan mampu memanggilnya istrinya dengan panggilan yang baik. Bukan yang menjadi kekurangan seorang istri. Tak ada makhluk ciptaan Allah buruk, kecuali yang telah Allah telah jelaskan buruknya (sifat-sifat buruk yang seharusnya tidak ada dalam diri manusia).
Sementara itu, catatan untuk para istri:
1. Carilah ridho suami. Surga wanita yang belum menikah berada pada orang tuanya, sedangkan surga wanita yang sudah menikah berada pada suami.
2. Taat jika diperintah selama bukan berkenaan dengan maksiat. Selain itu, perintah tersebut harus sesuai dengan fitrah wanita.
3. Istri dapat amanah untuk menjaga harta suami ketika ia sedang tidak berada di rumah. Selain menjaga harta, istri juga harus menjaga kehormatannya.
4. Istri harus dapat menjaga penampilannya di rumah. Betapa banyak fitnah wanita di luar sana, maka diperlukan istri yang mampu menjaga penampilannya ketika di rumah. Hal ini pun juga disarankan kepada para suami. Jangan sampai suami hanya berpenampilan rapi dan wangi ketika keluar rumah, sedangkan istrinya di rumah hanya mendapat lelah dan keringat setelah pulang dari kantor.
Pesan lainnya untuk pasangan suami istri antara lain saling memaklumi. Kutipan kata yang saya ingat dari ustadz berbunyi,“Istrimu bukan bidadari dan kau bukan malaikat.” Ketidaksempurnaan tentu miliknya manusia sehingga diharapkan saling memaklumi menjadi pereda dari kesalahan akibat ketidaksempurnaan. Kebanyakan dari penghuni neraka adalah wanita karena kaum wanita kufur terhadap nikmat yang Allah berikan.
“Suatu hari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda bahwa beliau melihat wanita adalah penghuni neraka terbanyak. Seorang wanita pun bertanya kepada beliau mengapa demikian? Rasulullah pun menjawab bahwa di antaranya karena wanita banyak yang durhaka kepada suaminya.” (HR. Bukhari Muslim)
Selanjutnya, hal yang harus dilakukan agar suami istri setia menunggu di pintu surga adalah tidak boleh berdusta antara keduanya. Kebohongan mengantarkan pada dosa, sedangkan dosa mengantarkan manusia kepada neraka. Bohong tidak diperbolehkan, kecuali dalam tiga hal ini: Ucapan suami pada istri untuk mengambil ridhonya/mengambil hati sang istri, bohong terhadap musuh di peperangan, dan bohong untuk memperbaiki hubungan dua orang yang berseteru. Sepasang suami istri dahulunya telah saling memilih dan menetapkan hati untuk menikah, maka setiap hal yang ada dalam dirinya dapat diterima dengan baik. Apabila ternyata terdapat kekurangan, diharapkan untuk saling memperbaiki diri bukan saling menuntut.
Demikian catatan yang saya tulis berkaitan tema kajian "Aku Setia Menantimu di Pintu Surga". Sungguh indah kehidupan yang di dalamnya berisi ketakwaan dan keshalihan. Untuk beberapa orang yang menyangsikan penyegeraan pernikahan karena faktor kemapaman, Ustadz Syafiq berpesan lebih kurang seperti ini, “Kita tidak pernah mengetahui rezeki orang lain. Setiap orang sudah digariskkan rezekinya oleh Allah. Jika menikah menunggu mapan, di umur berapa kita akan mapan?” Salah satu hal yang Allah tanggung rezekinya adalah seorang pemuda yang menikah untuk menjaga kehormatan dirinya. Semoga kita termasuk hamba-Nya yang dikumpulkan kembali ke dalam surga bersama orang-orang yang kita cintai.
wallahu a'lam bishowab.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun