Rumah ku punggung jalanan,
Beratapkan langit yang penuh sandiwara,
Kadang cerah menawarkan bahagia,
Kadang pilu menghadirkan awan keresahan,
Keduanya silih-berganti bertukar kesempatan.
Kesempatan itu mencoba membuat ku patah,
Namun aku terlahir untuk tidak lekang oleh panasnya penindasan,
Aku terlahir untuk tidak lapuk oleh derasnya penghianatan,
Aku harus tunas dikala musim panas maupun hujan.
Aku adalah mereka yang menjajakan koran di setiap titik lampu merah,
Aku adalah mereka yang setia menguliti bumi dibawah payung kegersangan,
Aku adalah mereka yang meneriakkan kebenaran dengan berujung dipenjara,
Aku adalah mereka yang melawan lupa jejak dusta kekuasaan,
Aku aktivitas sepi yang terus menjerit,
Dipaksa mengendus cuaca dan membaca gejala,
Baik musim gugur maupun hujan,
Menyuarakan aspirasi rakyat dalam pusaran republika.
Riki Goi
Selasa, 26 Oktober 2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H