Penulis: Rhiky Asa
“Tak ada hakim selain diriku sendiri yang bisa memutuskan apakah aku benar atau salah"
Max Stirner, Ia lahir pada 25 Oktober 1806, Bayreuth, Jerman kemudian Meninggal 25 pada Juni 1856, Berlin, Jerman. Pemikiran-pemikiranya di pengaruhi oleh Georg Wilhelm Friedrich Hegel, Ludwig Feuerbach, Pierre-Joseph Proudhon.
Stirner adalah seorang pemikir Jerman, merupakan salah satu tokoh anarkis individualis yang paling menonjol. Menurut Guerin, Stirner melakukan rehabilitasi terhadap individu pada saat dunia filsafat didominasi oleh filsafat anti-individualisme Hegelian, juga pada saat Simone Weil mengkritik tidak adanya tulisan yang diproduksi para aktivis maupun pemikir Marxis untuk menjawab pertanyaan yang muncul dari kebutuhan untuk membela individu menghadapi bentuk-bentuk penindasan yang baru yang muncul setelah era penindasan kapitalisme klasik.
Striner menyatakan bahwa setiap individu memiliki kebebasan untuk menentukan yang terbaik bagi dirinya sendiri, apa yang dimaui nya, dan hanya individulah yang bisa menentukan apakah ia benar atau salah, karena individu memiliki keunikan sebagai nilai intrinsik. Dalam pandangan Stirner, kebebasan hanya dapat ditaklukkan bagi diri si individu sendiri. Pernyataan Stirner yang menarik adalah, “kebebasan yang diberi atau dinisbahkan bukan kebebasan, tapi
barang curian. Karena itu bagi Stirner hanya pada kedirian masing masinglah setiap individu harus tunduk, bukan pada negara, masyarakat, ataupun kemanusiaan dapat menjadi tuan bagi individu. Untuk dapat membebaskan dirinya sendiri, individu harus memulainya dengan mencopot “bagasi” intelektual di mana orang tua dan guru-guru si individu “memasangkannya” bagi diri nya.
Namun Stirner juga tidak berasumsi bahwa individu hidup terlepas dari individu-individu lainnya. Untuk menjawab pertanyaan bagaimana ia bisa hidup dalam masyarakat dengan ekslusifitas seperti itu, Stirner menjawab bahwa hanya manusia yang memiliki pemahaman atas “kediriannya sendiri” dapat menciptakan hubungan-hubungan dengan sesamanya. Stirner tidak mengabaikan bahwa individu membutuhkan pertolongan dan juga teman-teman, dengan memberikan contoh, jika ia menulis buku maka ia membutuhkan pembaca. Ia bergabung dengan sesama kawan-kawannya untuk meningkatkan kekuatannya dan memenuhi kebutuhan dirinya secara lengkap, melalui kombinasi kekuatan mereka, dibandingkan dalam kondisi terisolasi, sebagaimana dinyatakan Stirner :
“Kalau di belakang Anda ada sekian juta orang lain untuk me lin dungi, secara bersama-sama kalian bisa menjadi sebuah kekuatan besar dan menang dengan mudah tapi dengan satu syarat: hubungan dengan orang lain itu harus bebas dan sukarela dan senantiasa bisa ditanggalkan.”
Striner membedakan antara masyarakat yang sudah terbentuk, yang merupakan suatu pembatasan, dengan asosiasi yang merupakan tindakan sukarela. Karena itu Stirner menolak partai politik di mana seseorang harus membebek partai tersebut kemana pun, yang secara absolut menyetujui dan mempertahankan prinsip-prinsip dasar partai itu. Bagi Stirner, ia lebih memilih bentuk asosiasi politik ketimbang partai politik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H