Mohon tunggu...
Lyfe

Dermaga Cinta yang Dipikul

25 Januari 2017   19:41 Diperbarui: 25 Januari 2017   19:57 162
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pukul menunjukkan waktu yang terkadang menjadikan insani terpukul, karena deadline yang tak dapat dirangkul secara tepat sehingga mendarah daging bahkan menjadi icon. Adapun  ekosistem buatan yang menjadi saksi perkumpulan orang yang sedang memikul itu tahu, bahwasanya kecerahan yang mampu mereka bawa di masa yang akan datang adalah jembatan bagi generasi pemikul selanjutnya. Pemikul bukanlah subjektif sebagaimana pemikul kayu, umunya. 

Bukan tukang pikul di pasar tradisional, trendinya. Namun pemikul disini adalah mereka remaja, generasi muda yang haus akan memikul ilmu, rindu akan menjunjung ilmu, mereka yang sadar akan pentingnya intelektual organik bukan intelektual mekanik. Memikul memiliki makna bahwasanya sesuatu yang berada pada pundak atau bahu adalah amanah yang harus dikerjakan namun dengan versi kita, akankah kita kerjakan dalam hal kebaikan ataukah dalam keburukan.

Tidak perlu memaknai memikul secara dangkal, karena rasio saja sudah cukup mendalam untuk tahu sejauh apa arti memikul itu sendiri. Dengan memikul berarti beban yang diterima tidaklah mudah. Karenanya  para pemikul disni membawa beban yang sangat berat bahkan menjadi beban moral bagi mereka apabila tak mampu menuntaskan kewajibannya. Sebab ilmu itu ibarat handphone yang harus digunakan agar mengerti apa akan manfaatnya.

Dengan modal tekad, keinginan, dan komitmen, mereka berangkat dengan didampingi coach atau pembina, mereka berbaris dengan sangat rapi menaiki armada setia yakni dia yang beroda empat, dengan seorang sopir yang sangat profesional dalam tugasnya sehingga mampu mengantarkan para pemikul itu menuju dermaga kecil namun mampu menggugah hati bagi para tourism yang mengunjunginya. Sebut saja dermaga itu adalah sebuah lembaga pendidikan swasta yakni SMK plus NURUL ULUM yang berada di Kecamatan Panti, Kabupaten Jember, Provinsi Jawa Timur.

Tujuan ke sekolah ini tak lain karena ingin berbagi ilmu dengan bertemakan “SARASEHAN CARACTER BUILDING”. Namun sebelum acara itu dilendingkan ada sebuah penampakan yang sangat menarik indra untuk melihatnya. Ada sebuah ruangan yang berisikan patung-patung tak bernyawa dengan berbagai variasi bentuk, penuh hiasan model baju dengan design ala model desainer ternama. Ruangan itu adalah ruang keterampilan TABUS (tata busana) yang biasanya digunakan oleh siswa atau siswi SMK plus NURUL ULUM, karena memang hanya satu dan ada satu keterampilan yang ditekuni di dermaga itu. Di dalam ruangan terdapat pula 11 mesin jahit dan 1 mesin obras. Dengan berlokasikan di halaman depan ruangan yang akan digunakan untuk berbagi ilmu nantinya. Selain itu, ada rentetan gedung dengan jumlah 3 ruangan ditambah dengan 1 ruang mini yang sebenarnya jika ditinjau sangat tidak layak pakai. Pembatas ruangan yang harusnya berbahan dasar tembok yang kokoh tetapi disini hanyalah sebuah triplek yang kapan saja bisa dirusak bagi yang menghendaki. Namun ketertarikan yang mengeyuh batin terobati dengan senyuman renyah nan manis dari siswa-siswi yang menyambut para pemikul-pemikul itu seraya sambil berucap terimakasih telah berkunjung ke dermaganya.

Barisan pun tertata rapi sambil lalu mengisi daftar kehadiran dan mulai memasuki ruang yang telah disediakan. Terpesona adalah reaksi mengilustrasikan bagaiaman keadaan ruangan yang berdiameter sempit itu harus dihuni oleh sekian puluh orang. Terdiri dari beberapa pembina, kepala sekolah, dan sang kyai pengurus yayasan, para siswa-siswi dan para pemikul-pemikul ilmu tentunya. Sebelum acara sarasehan yang telah diagendakan dimulai, terdapat beberapa pemikul ilmu sedang mewawancarai salah seorang siswi dari SMK plus NURUL ULUM guna mengetahui lebih lanjut aktifitas yang dilakukan di dermaga tersebut.

Agenda rutin diawali dengan apel pagi pukul 06:45, dengan berisikan beberapa lantunan ayat suci Al-Qura’an dan sholawat Nabi serta pembacaan asmaul husna dan jargon dari dermaga itu sendiri yang mampu mengobarkan api semangat untuk menuntut ilmu. Tak luput dari itu, kegiatan selanjutnya yakni prosesi belajar mengajar. Adapun jumlah siswa-siswi keseluruhan dermaga ini adalah 41 jiwa, ditambah dengan tenaga pengajar dan staf berjumlah 14 orang. 

Di samping itu terdapat juga kegiatan tambahan sebagai bekal kemampuan dari para siswa yakni kegiatan jurnalistik, pramuka, dan PMR. Miris memang, jika harus melihat realita kependudukan yang ada di dermaga ini. Namun karena cita-cita mulia yang telah membibit di hati mereka, mampu mengantarkan mereka meraih sebuah prestasi yang cemerlang. Dengan belajar, serta keyakinan yang kuat mereka mampu menjuarai lomba yang diadakan oleh pihak pemerintahan setempat, seperti lomba fashion, 3D, Futsal, dan gerak jalan. Sungguh prestasti membanggakan dengan latarbelakang sebuah dermaga yang secara rasio, SDM dan SDA tak mumpuni. Tapi mereka membuktikan kepada dunia bahwa itu semua dapat dilakukan, dan itulah seharusnya yang dilakukan oleh pemikul-pemikul ilmu di negeri ini.

Berada di bawah naungan Mahrus Shodiq, SMK plus NURUL ULUM kini banyak bekerja sama dengan lembaga-lembaga yang memiliki brand melalang buana, seperti Bank BNI Syariah, IAIN Jember, dan lainnya. Dengan harapan mampu membawa dermaga ini semakin maju dan tentunya mencetak generasi pemikul yang handal. Tujuan diadakan sarasehan seperti yang telah dibahas sebelumnya adalah untuk membangun karakter siswa agar tidak mudah menjadi sampah dan teroris hdiup dalam negeri ini, terutama dalam hal korupsi. Acara dibuka oleh sang kyai (H. Hanif Abdur Rozak) dengan moderator Mahrus Sodiq sebagai kepala sekolah dan diisi oleh Nur Solikin yang biasa disebut “Ayah” oleh para pemikul-pemikul ilmu itu. Berlandaskan kekerisauan sang ayah terhadap terjadinya degradasi budaya dan degradasi moral generasi muda, adanya sarasehan ini diharapkan mampu memberikan pencerahan. 

Bahwa korupsi yang selama ini telah menjadi semboyan bahkan ciri khas bangsa harus dimusnahkan. Korupsi sendiri memiliki dua aspek yakni tindak pidana korupsi dan budaya korupsi. Apabila berkenaan dengan tindak pidana korupsi maka yang harus dilakukan adalah tindakan yang sesuai dengan peraturan yang telah dibuat. Jika berkenaan dengan budaya korupsi tindakan yang harus dilakukan dengan memulai dari diri kita sendiri. Karena adanya budaya, menunjukkan adanya kebiasaan. Oleh karena itu, janganlah membenarkan kebiasaan melainkan membiasakan yang benar.

Sebab korupsi adalah budaya vampir, korupsi sangat berbahaya dibandingkan dengan teroris. Sehingga jika kita mampu mencegah, memusnahkan korupsi akan terjalin sebuah keharmonisan dalam sebuah negara. Dan masa depan generasi mudapun mampu tertata. Karena sudah kewajiban kita sebagai pemikul ilmu dan generasi penerus bangsa harus membeli masa depan dengan harga sekarang, yang artinya tatalah masa depan dari sekarang agar kelak kita tinggal menikmatinya. Waktu hidup di dunia hanya ada tiga periode, yakni masa lalu, masa kini, dan esok. Maka belajarlah dari masa lalu dan tak perlu menolehnnya lagi. Dan lakukanlah yang terbaik hari ini seolah-seolah kita tak akan kembali, serta mulailah menatap hari esok. Hal menabjubkan apa yang mampu kita raih.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun