Mohon tunggu...
Rika Nurrizkiana
Rika Nurrizkiana Mohon Tunggu... -

Pejuang Pena

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Seribu Bakau untuk Kota Bengkulu

5 November 2013   18:38 Diperbarui: 24 Juni 2015   05:33 258
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Provinsi Bengkulu adalah salah satu daerah pesisir rawan gempa yang terletak di zona merah. Provinsi Bengkulu terletak di pertemuan tiga lempeng yaitu lempeng Indo-Australia, Lempeng Eurasia dan Lempeng Pasifik. Tentunya hal ini menjadi salah satu penyebab Provinsi Bengkulu sering dilanda gempa bumi. Gempa bumi yang terjadi di Provinsi Bengkulu termasuk gempa tektonik. Gempa bumi yang terjadi di bawah laut dalam kedalaman tertentu akan menimbulkan bencana baru yang dinamakan tsunami. Tsunami adalah perpindahan badan air yang disebabkan oleh perubahan permukaan laut secara vertikal dengan tiba-tiba. Sangat dikhawatirkan bencana tsunami ini muncul setelah gempa bumi terjadi di Bengkulu. Tsunami ini berpotensi terjadi apabila kekuatan gempa bumi melebihi 6.5 richter scale. Dampak negatifnya adalah menimbulkan kerusakan terhadap apa saja yang dilaluinya bahkan manusia sekaligus.

Dibutuhkan peredam gelombang untuk dapat meminimalisasi gelombang yang datang jika bencana tsunami terjadi. Spesifikasinya adalah di Kota Bengkulu. Mengapa Kota Bengkulu? Penyebabnya adalahinfrastruktur yang dibuat kebanyakan terletak di Kota Bengkulu dan Hutan Bakau perlu dilestarikan di Kota Bengkulu. Pemecah ombak dibuat untuk objeknya. Namun disini pemecah ombak belum optimal apabila tidak didukung denganjajaranvegetasi hijau seperti hutan bakau. Mengapa dipilih hutan bakau dalam hal ini? Karena, hutan bakau memiliki fungsi yang sangat membantu dalam meminimalisasi kekuatan gelombang laut. Hutan bakau adalah jajaran vegetasi hijau berupa pohon bakau yang ditanam di daerah pesisir. Hutan bakau dikembangbiakkan demi mengurangi abrasi dan meminimalisasi gelombang tsunami. Bagian dari bakau yang bermanfaat adalah akarnya. Selain itu akar pohon bakau juga bermanfaat sebagai tempat hidup flora dan fauna laut. Hutan bakau secara mencolok mengurangi dampak negatif tsunami di pesisir pantai berbagai Negara di Asia (Anonim, 2005). Ishyanto et al. (2003) menyatakan bahwa bakau memantulkan, meneruskan dan menyerap energi gelombang tsunami yang diwujudkan dalam perubahan tinggi gelombang tsunami ketika menjalar melalui rumpun bakau. Venkataramani (2004) menyatakan bahwa hutan bakau yang lebat berfungsi seperti tembok alami. Dibuktikan di desa Moawo (Nias) penduduk selamat dari terjangan tsunami karena daerah ini terdapat hutan mangrove yang lebarnya 200-300 meter dan dengan kerapatan pohon berdiameter > 20 cm sangat lebat. Hutan bakau mengurangi dampak tsunami melalui dua cara, yaitu: kecepatan air berkurang karena pergesekan dengan hutan mangrove yang lebat, dan volume air dari gelombang tsunami yang sampai ke daratan menjadi sedikit karena air tersebar ke banyak saluran (kanal) yang terdapat di ekosistem hutan bakau.

Hutan bakaumemang ada di Kota Bengkulu tetapi selalu terdegradasi setiap tahunnya contohnya di wilayah Pulau Baai. Bakau hanya dibuat sebagai simbol saja. Oleh karena itu, hutan bakau diharapkan dapat dibuat dan dilestarikan kembali di pantai Kota Bengkulu.

Kota Bengkulu memang secepatnya memerlukan pelestarian kembali hutan bakau di daerah pesisir Kota Bengkulu khususnya bisa dilestarikan di kawasan Pulau Baai dan Kawasan UNIB (Universitas Bengkulu) dengan konsep penanaman seribu bakau untuk dua kawasan tersebut guna meminimalisasi dampak gempa bumi tektonik sebagai pemecah gelombang tsunami, selain itu pelestarian hutan bakau diperlukan agar mengurangi tingkat abrasi pantai. Ditambah lagi hutan bakau dapat berguna bagi masyarakat sekitar sebagai sumber penghasilan seperti adanya udang dan hutan bakau dapat dijadikan sebagai tempat rekreasi atau wisata alam yang dapat menambah pemasukan masyarakat yang berjualan di sekitar tempat rekreasi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun