[caption id="attachment_329772" align="aligncenter" width="300" caption="di atas watu jago gunung lawu / rika"][/caption]
Keindahan wisata alam memang tidak ada duanya, selain bisa menikmati keindahan dan memanjakan mata. Berwisata alam juga dapat membuat rasa syukur kepada Tuhan menjadi semakin meningkat. Sekitar tiga minggu lalu aku dan kawan - kawan pecinta alam di kampus berwisata ke Gunung Lawu melalui jalur pendakian Cemoro Sewu. Gunung Lawu ini merupakan salah satu gunung yang menjadi primadona dari Jawa, melihat tracknya yang begitu menantang membuat para pendaki gunung menjadi tertarik untuk mencoba menakhlukkan ketinggian gunung tersebut. Malahan nih, pernah mendaki ke Gunung Lawu itu bisa menjadi suatu kebanggaan tersendiri bagi pecinta alam loh. ...... Dan karena rumah kita dekat dengan lokasi Gunung jadi kika memilih untuk mendaki ke Gunung Lawu. hehehe hemat biaya
[caption id="attachment_329774" align="aligncenter" width="300" caption="Cemoro Sewu"]
Dan ini dia selamat datang di Cemoro Sewu jalur pendakian Gunung Lawu. Ini sungguh pengalaman yang menakjubkan untuk saya, pertama kalinya saya mendaki Gunung Lawu yang jadi primadona itu. Aku dan kawan - kawanku berangkat dari rumah sekitar jam 12 siang setelah dhuhur kemudian kami lanjut dari Sragen melewati jalur dari Kemuning, sampainya di Kemuning kami berhenti dulu di pasar buat makan gratis karena kawan sendiri yang jual. hehehehehe anak kuliah emang gini sukanya yang gratis - gratis. dan akhirnya kami sampai di Cemoro Sewu sekitar pukul tiga dan kamipun ibadah dulu barulah lanjut pendakian sekitar pukul empat sore. Awal pendakian kami semua merasa sangat senang karena ini adalah pengalaman pertama bagi sebagian dari kami. Menurut senior mendaki setiap pos di Gunung Lawu memerlukan waktu dua jam, dan ternyata benar kita membutuhkan waktu dua jam untuk mencapai satu pos. jalurnya itu lohhh..... banyak bebatuannya ........ mana tinggi - tinggi menantang sekali. hehehe
Di sepanjang jalan kawan - kawan ku selalu membicarakan tentang Watu Jago yang katanya itu batu mirip Ayam jago tapi memang iya sih. Kita mendaki sampai di pos dua jam 9 malam dan akhirnya kita mendirikan tenda disana. Hingga saat tenda selesai didirikanpun aku masih saja penasaran dengan Watu Jago dan akhirnya ketika besoknya kami turun kami berpose di atas Watu Jago. seperti ini......
[caption id="attachment_329778" align="aligncenter" width="300" caption="Watu Jago"]
Satu hal yang aku dapatkan dari seniorku saat mendaki. Beliau selalu menanamkan pada kita bahwa diketinggian itu kita memang terlihat benar - benar tinggi tetapi tak selamanya begitu. Yang intinya beliau memberi pesan kepada kita bahwa kita harus selalu "Merendah di atas ketinggian" tak boleh congkak dan tamak, karena setinggi apapun diri kita, kita tetaplah kecil dan sangat kecil. Terimakasih kawan telah membawaku ke tempat dimana Tuhan memberikanku banyak arti . :)
Selamat Siang Kompasianers..........
Salam hangat untuk semuanya
Sragen
Rika Meriana