Mohon tunggu...
Rika maulia
Rika maulia Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswi

menulis adalah hobi saya

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Konsep Diri dengan nilai dibawah rata-rata berdasarkan teori hurlock

20 Desember 2024   04:17 Diperbarui: 20 Desember 2024   04:25 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 Hurlock berpendapat bahwa masa remaja adalah periode kritis yang menentukan keberhasilan menjalankan tugas perkembangan selanjutnya. Tugas perkembangan tersebut meliputi mencapai jati diri, kemandirian emosional, kematangan hubungan sosial, dan persiapan untuk meniti karier (Hurlock 1980). Pada pendidikan Psikologi terdapat tahapan evaluasi, evaluasi merupakan tahapan dalam psikologi pendidikan yang bertujuan untuk menilai pembelajaran, kemajuan, dan kinerja siswa. Evaluasi dalam pendidikan dilakukan secara sistematis dan berkelanjutan (Spada indonesia 2024).

Dalam pendidikan tentu terdapat evaluasi pembelajaran pada tahap akhir, baik itu berupa penilaian pada murid maupun pada Guru. Pada tahap evaluasi para murid terkadang merasakan banyak kekhawatiran dalam penilaian, Ia biasanya mengalami kecemasan baik sebelum atau sesudah ujian berlangsung, hal ini tentu berdampak pada performanya yang negatif dalam menjawab ujian sehingga murid mendapatkan nilai yang kurang memuaskan.

Diluar itu ada dua faktor yang menyebabkan nilai murid menjadi rendah.  Faktor internal seperti Kesehatan, Intelegensi, Minat, Bakat, Kedisiplinan, Kurangnya konsentrasi dan Rendahnya pemahaman konsep, kemudian faktor eksternal seperti Lingkungan keluarga, Sekolah, Masyarakat, Metode mengajar, Kurikulum, Ruang kelas, Fasilitas, Teman, Bergaul, Kendala jaringan dan Tidak memiliki Android (Syifa Armelia 2024). 

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Penelitian Kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati (Lexy J 2007) . Dalam sebuah proses penelitian kualitatif hal-hal yang bersifat perspektif subjek lebih ditonjolkan dan landasan teori dimanfaatkan oleh peneliti sebagai pemandu, agar proses penelitian sesuai dengan fakta yang ditemui di lapangan ketika melakukan penelitian (Muhammad Syafii 2022).

Subjek pada penelitian ini adalah observasi, wawancara dan dokumentasi kepada salah satu murid kelas 12 SMA bernilai rendah berinisial MN di salah-satu Sekolah di daerah Depok. Saya mengajukan 10 pertanyaan konsep diri positif dan negatif dari teori hurlock. Dengan menggunakan metode ini, tujuan penelitiannya yaitu untuk mengetahui penyebab rendahnya nilai yang didapatkan murid. Penelitian ini dilakukan pada 12 Desember 2024. 

Pada hasil wawancara yang saya lakukan, MN mengatakan bahwa dirinya merasa percaya diri selama melakukan pembelajaran di sekolah. Hal itu karena ia selalu menghiraukan perkataan negatif yang orang lain katakan kepadanya, selain itu ia juga merasa teman-temannya mengakui keberadaanya di sekolah, itu juga yang membuatnya merasa percaya diri, Walaupun ia juga mengakui bahwa tantangan terbesar dalam proses pembelajarannya disebabkan oleh pertemanan. Pada tahun pertamanya di sekolah ia sering mengalami bullying verbal hingga non verbal. Hal ini sangat membekas bagi dirinya, hingga membuat dirinya merasa bahwa ia kurang dari teman-teman lainya. Tetapi ia memiliki motivasi yang besar untuk selalu bangkit yang didapatkan dari keluarganya.

Ketika ditanya mengenai ketertarikan pada mata pelajaran, NM mengatakan bahwa faktor terbesar dirinya mendapatkan nilai dibawah rata-rata disebabkan karena ketidak jelasan Guru dalam mengajar, seperti metode belajar yang membosankan, Guru yang tidak bersemangat hingga membuat dirinya menjadi tidak semangat dan malas mengikuti pembelajaran tersebut, kejenuhan juga sering dijumpai ketika proses pembelajaran sedang berlangsung karena guru pengajar tersebut, perilaku Guru seperti itu sangat merugikan, NM menutupi kekurangan tersebut dengan bertanya kepada teman dan mengikuti les tambahan diluar sekolah. Ia mengatakatakan Guru seperti itu terdapat 50% dari semua Guru yang mengajar di kelasnya. NM merasakan semangat yang  besar ketika mengikuti kelas dengan metode pembelajaran yang tidak membosankan dan bervariasi. 

NM memiliki pengalaman buruk dalam mencoba hal baru, hingga membuat dirinya terkadang enggan mencoba hal baru karena pernah gagal dan ia kehilangan setengah kepercayaan dirinya, ketika ia merasa kepercayaan dirinya kurang ia yakin hasilnya akan buruk dan ia pernah mengalaminya langsung ketika ia mendapatkan proyek dari gurunya dan ia merasa kurang percaya diri, ia mendapatkan hasil yang buruk.

Pada kesimpulanya NM merasa bahwa teman bisa menjadi hambatan terbesat dalam pembelajaran dan bisa juga sebagai sumber kepercayaan dirinya, ia juga meras mendapatkan nilai yabg kecil karena bosan denagan metode pembelajaran yang gurunya berikan.

motivasinya dalam belajar adalah dorongan keluarga.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun