Mohon tunggu...
Rikal Dikri
Rikal Dikri Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer dan Content Creator YouTube: Agama Akal Channel

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana, meski sekarang hanya menikmati kecantikanmu dengan mata.

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Antara Sinetron Azab Operasi Plastik dan Cawapres Ditolak Pasar

16 Desember 2018   05:47 Diperbarui: 16 Desember 2018   05:52 607
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Playing Victim, kuncinya itu. Membangun emosi orang di media sosial dan dunia sosial, memframing dirinya teraniaya dan ingin mendapatkan perhatian orang, tujuannya apa? Popularitas. Populis karena didzalimi atau populis karena kontroversi. 

Kita ambil contoh, PSI menjadi partai yang populis saat ini, karena kontroversi "menolak poligami" dan menolak "perda syari'ah". Dalam hal lain ada juga yang populer karena cuitannya di media sosial contoh Rocky Gerung sebut Prabowo tak punya prestasi, atau populis karena salah ucap seperti shallallaa "Hulai" wasalam, harusnya "Shallallaahu 'alaihi wa sallam".

Dua drama sinetron ini juga menjadi populis dan ramai dibicarakan orang, kasus sebelumnya, semua jagat raya dan jagat maya digoncangkan oleh aksi perempuan tua yang mengaku dipukuli beberapa orang misterius di Bandung, siapa lagi kalau bukan Ratna Sarumpaet seorang seniman, orator, sutradara, dan sudah terbiasa dengan panggung teater, apalagi panggung sandiwara.

Kini, kasusnya masih dalam proses penyidikan, terbukti dia menggunakan uang sumbangan Danau Toba untuk biaya operasi plastik kulit wajahnya yang sudah keriput itu. Kasus ini point pentingnya adalah Playing Victim yang dijadikan komoditas politik, untuk mendongkrak kepentingan elektoral salah satu capres. Hebatnya awak media sudah dipersiapkan semua, konferensi pers langsung di lokasi.

Hebatnya dalam Tempo yang secepat mungkin dan sangat singkat, Framing ini cukup mempengaruhi masyarakat, sedemikian rupa dibungkus dan diblow-up oleh akun-akun wanita anonim, ini hoax teknik propaganda gaya Rusia.

Surutlah kasus Ratna, muncul kasus-kasus baru yang memicu Netizen ramai-ramai mencatat "Sandiwara Uno" atau #SandiwaraUno Kasusnya cukup lucu dan unik, di salah satu pasar tradisional di daerah Sumatera Utara, seorang Sandi yang berparas pengusaha mapan itu diusir oleh segelintir orang "yang katanya orang tersebut bayaran Sandi dan tim BPN juga".

Banyak orang yang curiga itu adalah bayaran, karena tidak berselang lama, setelah viral video Sandi ditolak itu, viral lagi sebuah potongan video yang menampilkan Yuga, anggota BPN Prabowo-Sandi melarang poster penolakan itu untuk dicopot. Kok bisa ya se-drama itu untuk dapat simpatik orang. Point pentingnya sama, Playing Victim, untuk membangun emosi orang meningkat dan makin jengkel.

Ini bukan sinetron FTV atau sinetron Azab di Indosiar, Bung! Ini tanggung jawab memegang amanah negara dan bangsa.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun