Oleh : Rika Fitriana
Salatiga, yaitu sebuah Kota kecil di Jawa Tengah, Indonesia. Kota ini terkenal dengan sebutan kota sejuk dan dingin, Kota yang diapit di sebuah kaki gunung Merbabu. Kota kecil yang memiliki keindahan dan terdapat banyak sebuah kenangannya.
Kota Salatiga kembali menjadi satu-satunya kota di Jawa yang mendapat skor tertinggi dalam indeks kota toleran 2017. Kota dengan masyarakatnya yang heterogen namun saling menghargai itu mendapat nilai tertinggi bersama kota empat kota lainnya di Indonesia. Seperti diketahui dalam rangka memperingati Hari Toleransi Internasional yang diperingati setiap 16 November, setara institute melakukan kajian dan indexing terhadap 94 kota di Indonesia dalam hal isu promosi dan praktik toleransi. Tujuan indexing ini untuk mempromosikan kota-kota yang dianggap berhasil membangun dan mengembangkan toleransi di wilayahnya. Hal ini diharapkan memicu kota-kota lainnya untuk mengikuti, membangun, danmengembangkan toleransi di wilayahnya. Dari hasil indexing ada 5 kota dengan skor toleransi tertinggi, yakni Manado (5,90), Pematangsiantar (5,90), Salatiga (5,90), Singkawang (5,90), dan Tual (5,90).
Sikap toleransi dan kerukunan antar umat beragama tidak lepas dari peran serta masyarakat, pemuka, dan tokoh agama, serta pemerintah yang saling bersinergi. “Salatiga berpotensi menjadi kota nomor satu paling toleran se-Indonesia karena sebelum pemerintah membentuk Forum Kerukunan Umat Beragama pada tahun 2006, di Salatiga sudah terbentuk Majelis Pemuka Agama Salatiga (majelis puasa) pada tahun 2002”, ujar Ketua FKUB Kota Salatiga.
Meskipun Salatiga kota yang relatif kecil, baik dari sisi luas wilayah, jumlah penduduk, dan anggaran, tetapi hal itu tidak menyurutkan niat dan komitmen seluruh entitas untuk mewujudkan Salatiga Kota Hati Beriman dan, yang Toleran, Sejahtera, Mandiri, dan Bermaetabat. Sehingga semakin mengukuhkan Salatiga sebagai City of harmony, menggambarkan kota penuh harmoni yang lovable pantes dicintai, livable layak ditinggali dan memorable selalu dalam kenangan.“Salatiga harus mampu menangkap hal ini sebagai wisata kota. Kota toleran bukan hanya layak, tapi wajib jadi branding kota ini. Kalau anda ingin mengetahui tentang apa itu kota toleran, datanglah dan belajar dari kota ini” (Pungkas Hammam).
Di Kota Salatiga sudah menjadi budaya. Hal ini dibuktikan dengan beberapa faktor, di antaranya :
1. Budaya toleransi yang kuat: menjaga toleransi sudah menjadi budaya di Salatiga, masyarakatnya bebas mengekspresikan kasih sayang dan kebaikan kepada agama lain tanpa khawatir akan ancaman kebencian.
2. Tingginya tingkat pluralita: Di Salatiga hidup bertetangga 39 etnis.
3. Kerukunan antar golongan: Salatiga memiliki kerukunan antar golongan yang tinggi.
4. Mahasiswa UKSW dan Indonesia Internasional Culture Festival (IICF):Mahasiswa Universitas Kristen Satya Wacana menyelenggarakan IICF untuk menyatukan berbagai macam perbedaan yang ada. Dalam festival ini, setiap daerah mengirimkan perwakilan untuk menampilkan keunikannya.