Di bawah langit biru nan cerah,
Aku mencari jodoh, wahai lelah!
Dari Sabang sampai Merauke,
Kudaki gunung, kuseberangi danau.
Di desa, kota, hingga pinggiran,
Aku bertanya, “Jodohku di mana?”
Di warung kopi sampai taman bunga,
Jawabannya selalu tanda tanya.
Katanya, jodoh ada di ujung lidah,
Kupikir-pikir, kok dia enggak singgah?
Kubilang, “Hai jodoh, Aku di sini!”
Eh, dia malah sembunyi lagi.
Pernah kucoba cari di dunia maya,
Swipe kanan, swipe kiri, sampai mata sayu.
Match-nya banyak, tapi kok zonk?
Chat panjang, berujung ghosting dong!
Jodoh katanya seperti puzzle,
Potongan yang hilang, buat hati mangkel.
Tapi tenang, aku masih semangat,
Walau nyari jodoh, mirip cari alamat.
Ada yang bilang, “Jodoh di tangan Tuhan,”
Aku cuma bisa pasrah dan berangan.
Semoga nanti, di waktu yang tepat,
Jodoh datang, membuat hati hangat.
Jadi sementara, aku santai saja,
Menikmati hidup, tanpa drama.
Siapa tahu, di balik tawa riang,
Jodoh datang, tanpa disangka-sangka!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H