Mohon tunggu...
Rika Apriani
Rika Apriani Mohon Tunggu... Novelis - Writer, author, blogger. Nama Pena: Zanetta Jeanne.

Creating my own imaginary world through writing. Adi dan Ica (in progress).

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Antara Aku, Jakarta dan Wakanda

12 Maret 2024   08:08 Diperbarui: 12 Maret 2024   10:41 102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pexels.com / Zachary De Bottis

Aku, Jakarta dan Wakanda.

Huh, macet lagi, macet lagi. Kapan sih Jakarta terbebas dari kemacetan? Sungutku dalam hati. Mobilku berjalan perlahan-lahan mengikuti mobil di depan. Kecepatan mobil saat itu nol lima nol lima alias tidak lebih dari lima kilometer per jam karena jalanan macet total. Kulihat di kanan kiriku orang-orang yang mengendarai mobil sudah mulai bosan. Sesekali mereka membunyikan klakson mobilnya, tanda tidak sabaran untuk segera memajukan mobilnya.

Sangat disayangkan, padahal saat itu langit terlihat berwarna-warni begitu indahnya. Daripada ikut-ikutan emosi ataupun mengalami kebosanan karena macet, lebih baik aku memandangi keindahan ciptaan Tuhan yang sungguh mempesona. Hari menjelang petang, namun angkasa semakin menakjubkan untuk dipandang mata. Dimulai dari warna biru pastel di lapisan bawah, diikuti dengan semburat ungu di atasnya. Dihiasi dengan awan berwarna merah muda dengan pancaran sinar matahari di sore hari yang berwarna oranye keemasan seperti api yang menggelora. Kemudian ditutup dengan warna ungu lembut di atasnya, menambah kesempurnaan langit pada saat itu.

Tiba-tiba aku teringat pada film Black Panther yang baru saja aku tonton minggu lalu di sebuah layanan streaming film langgananku. Ah, andai saja di Jakarta ini sudah sedemikian canggihnya seperti di negara Wakanda. Negara di mana mobil-mobil bisa terbang ke mana-mana sehingga tidak akan terjadi kemacetan yang parah seperti yang kualami saat ini. Terbayang olehku mobil-mobil canggih terbang berseliweran melewati gedung-gedung tinggi pencakar langit yang berdiri megah di kota metropolitan Jakarta. Kapankah Jakarta akan bisa seperti itu? Ah, itu semua hanya khalayanku semata.

Bapak supir yang duduk di depanku menawarkan untuk menyalakan radio, aku hanya mengiyakan dan menganggukkan kepalaku. Terdengar sayup-sayup lagu yang sedang naik daun saat ini di telingaku, entah apa nama judulnya. Alunan suaranya yang merdu membuatku merasa nyaman dan mengantuk, ditambah dengan sejuknya udara di dalam mobil dengan pendingin udara yang disetel maksimal, menjadikan mataku bertambah berat. Di saat mataku baru saja terpejam, pak supir membangunkanku dengan suaranya yang berat. Ia menanyakan apakah aku mau tetap lewat darat saja mengikuti kemacetan di jalan, atau pilih lewat jalur udara saja.

Dengan mata yang masih terpejam, aku menjawab dengan candaan dan tertawa, menyuruhnya untuk mengambil jalur udara. Ada-ada saja pak supir ini, bisa juga dia bercanda seperti itu. Dan anehnya dari mana dia tahu akan lamunanku tentang negara Wakanda versus Jakarta sebelumnya. Namun ajaib sekali, mendadak aku merasakan tubuhku melayang dari tempat yang rendah secara perlahan ke tempat yang lebih tinggi. Aku segera membuka mataku dan melihat bahwa mobilku melayang ke angkasa. Aku hendak berteriak, namun melihat bapak supir di depan terlihat santai membawa mobilnya, menjadikanku mengurungkan niatku.

Apakah ini hanya mimpi? Aku mencubit tanganku untuk mengetahui apakah ini hanya mimpi atau bukan. Sakit, berarti bukan mimpi. Namun aku masih berusaha untuk membangunkan diriku sendiri dari mimpi. Tidak berhasil. Pak supir memandangku melalui kaca spion di depan dan menanyakan apakah ada sesuatu yang ingin aku katakan. Aku hanya menggelengkan kepala. Aku tak ingin ia mengetahui apa yang ada di dalam pikiranku saat ini. Ah sudahlah, mimpi atau bukan, kuputuskan untuk menikmati keadaan yang sedang kualami saat ini.

Semuanya sesuai dengan bayanganku sebelumnya. Mobil-mobil dengan bentuk futuristik beterbangan melewati gedung-gedung tinggi. Aku menyadari mobilku sudah berubah bentuk dari mobil biasa yang biasa digunakan di jalan darat, menjadi mobil canggih yang bisa terbang. Tidak pernah kusangka bahwa aku memiliki mobil seperti itu. Sungguh menakjubkan. Bermacam-macam rasa bergejolak di dalam hatiku saat ini. Ada perasaan gembira, penasaran, waswas, namun tidak mau segera mengakhiri sensasi yang aku dapatkan dari pengalaman berada di mobil terbang. Semua terasa campur aduk. Perutku serasa ada yang menggelitik.

Seketika mobilku berhenti. Pak supir membukakan pintu mobil untukku. "Maaf Bu, sudah sampai rumah. Ibu terlihat lelap sekali tidurnya di perjalanan tadi. Selamat beristirahat ya, Bu." Ah, sudah kuduga, ternyata semua ini hanya mimpi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun