Semangat Pardi melawan hawa nafsu, masih kalah dengan semangatnya untuk mencari sosok neng Devi. Perempuan yang jelita di dunia miliknya, wajah putih dengan aksesoris baju panjang. Tidak bernasab Islami namun membuat siapapun bergidik ingin mencari dan menemuinya.Â
---
Malam itu, Pardi yang berusia 29 tahun dan masih belum menikah merasa kesepian. Seperti biasa, ia pergi ke kasur dengan hamparan nestapa kesepian. Menyalakan televisi dan menonton film Chow Yun Fat dengan perasaan sepi. Ia tertawa terbahak-bahak melihat kelakuan Chow Yun Fat di dalam penjara, kadang ia terfokus ke pemain lain yaitu Eddie, bos bodoh yang punya anak buah.Â
Ia menertawai dirinya terkadang, membandingkan dirinya dengan sosok Chow Yun Fat. Sudah jago berantem, punya uang, pasangannya cantik. Membayangkan adalah nafsu dari ingin memuji, ia lantas menghentikan aksi konyolnya di otak.Â
..Â
Malam itu jam menunjukan pukul 1 pagi, tak terasa sudah beberapa menit terdapat bunyi  piring di dapurnya. Ia mau keluar kamar tapi masih miris dengan alur cerita film. Ia acuh kan tapi dengan tak sengaja ia melihat ek arah jendela.Â
Ada perempuan mengintip seperti mencarinya dan semakin dalam ia tatap ternyata mata nya menuju ke arah Pardi.Â
Pardi merinding, ia ketakutan melihat mata besar itu. Ia langsung menutup wajahnya dan mengucap kalimat baik terhadap Tuhan.Â
Tak lama, suara menangis itu muncul kembali. Dalam hati ia teringat suara itu, suara menangis dari mantan pacarnya yang sudah lama menghilang. Memilih dengan pria yang lebih mapan daripada pardi yang hanya pegawai umbi-umbian.Â
"Neng Devi, kalau neng kangen sama abang, kenapa datangnya malam?, neng jangan ganggu abang dulu ya. Abang mau sendiri.".
Seketika neng Devi pergi meninggalkan rumah itu dan muncul dalam mimpi Pardi.Â