Mohon tunggu...
Rika Salsabila Raya
Rika Salsabila Raya Mohon Tunggu... Lainnya - Jurnalisme dan ibu dua anak

Pernah bekerja sebagai Staff Komisioner Komnas Anak dan Staff Komunikasi di Ngertihukum.ID

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Doa Suami vs Ambisi Isteri Jadi PNS

23 Januari 2024   12:51 Diperbarui: 23 Januari 2024   12:59 188
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setelah selesai, ia melihat Khadafi di depan gerbang sembari memandangi spanduk besar bertuliskan Akhlak. Ia mempertanyakan kredibilitasnya sebagai suami, suami yang baik atau dayyuts'? 

Farida dengan muka lega, mengajak Khadafi mengunjungi warteg di bilangan Jalan Raya Bogor, "ayah lapar ya? Makan yuk". Khadafi tanpa jawaban langsung mengajak Farida pergi dari tempat itu dan berhenti di sebuah warteg yang tak jauh dari sana. 

Farida memberikan es teh manis dan menu yang sangat disukai oleh Khadafi, Kerang balado ditambah gorengan tempe. 

"Yah, makan dulu ya.", Farida sembari melahap makanan kesukaannya, kentang balado. 

Khadafi memulai pembicaraan bahwa sebenarnya ia tak ingin membuat Farida bekerja. 

" Kenapa kamu yah melarang aku untuk maju?, aku seperti ini karena ingin membantu ekonomi keluarga kita. Aku tidak ingin membebanimu karena permintaanku sangat banyak". Ucap Farida

"Aku tak ingin kamu digoda laki-laki lain, dikhianati oleh rekan kerja, lelah dan stress karena bekerja. Anak-anak kita bagaimana bila kamu tidak bersama mereka di rumah?", Khadafi dengan nada tinggi. 

" Aku sudah pernah bilang, aku ini sarjana dan kamu pernah bilang aku boleh bekerja asalkan menjadi pegawai negeri. Anak-anak tidak selamanya ku lepas sendirian, aku tetap mencintaimu dan aku berkali-kali berdoa untuk meluruskan niatku bekerja. Aku hanya butuh izinmu, ikhlas-mu dan tolong percayalah kepadaku". Farida sembari meneteskan air mata. 

Khadafi menangis dalam hatinya, ia teringat bahwa istrinya mungkin merasa dirinya tak mampu mencukupi hidupnya. Ia merasa lemah, tak berdaya, dan keras hatinya tidak meridhoi istrinya itu. 

Hari itu kembali seperti semula, pulang dan menjalani hidup seperti biasanya. Sampai akhirnya pengumuman tiba, ternyata nilai Farida memiliki kesamaan dari satu orang namun takdir Tuhan tidak ada yang tahu, ia tak lolos dari urutan. 

Farida menangis sejadi-jadinya. Ia kecewa dan memeluk suaminya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun