Memasuki musim penghujan bencana banjir sudah tak asing lagi didengar. Bencana banjir yang melanda sejumlah wilayah membuat lumpuh berbagai sektor. Hal ini tidak terlepas dari faktor penyebab banjir itu sendiri yang kebanyakan ditimbulkan oleh manusia. Banjir terjadi karena hilangnya pohon-pohon dan tanah yang berfungsi sebagai penyerap air.
Penebangan pohon-pohon terutama di kawasan hutan sangat disayangkan, terlebih lagi apabila penebangan dilakukan secara ilegal oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Selain itu, kurangnya daya serap tanah juga menjadi pemicu banjir. Saat ini, hampir seluruh akses jalan menggunakan aspal. Daerah perkotaan yang umumnya padat dengan gedung, pabrik, dan pemukiman juga sangat minim memiliki lahan terbuka.
Di zaman modern ini minim sekali perhatian orang-orang terhadap lingkungan. Pabrik-pabrik banyak didirikan tetapi limbahnya tidak diperhatikan. Sebagian besar limbah dibuang ke sungai-sungai, namun ada pula yang tertimbun belum terbuang. Limbah yang berwujud padat dan cair bisa terbawa arus banjir dan dapat membahayakan.
Salah satu contoh misalnya limbah dari pabrik kapur. Saat hujan deras serbuk-serbuk kapur akan terbawa arus air, biasanya air ini akan berwarna putih, kemudian hanyut tersebar menyatu dengan air luapan sungai yang kotor dan dapat merusak kualitas tanah.
Banyak yang tidak menyadari sebab akibat terjadinya bencana di sekitar. Sampai saat ini, masih banyak saja orang yang suka membuang sampah sembarangan. Padahal, kebiasaan ini juga merupakan penyebab terjadinya banjir. Sampah dibuang ke sungai, ke saluran air, bahkan dibiarkan menumpuk.
Sebagai penduduk bumi sudah seharusnya orang-orang mencintai tempat tinggalnya, mencintai lingkungannya, terutama berawal dari hal-hal sederhana. Bencana banjir yang kerap terjadi dapat memberi pelajaran. Sudah seharusnya kawasan hijau dipertahankan kembali, tidak dirusak, tidak ditebang sembarangan, tidak dibakar. Pencanangan reboisasi sangat penting. Limbah-limbah harus dapat dipilah dengan baik. Sampah-sampah yang menumpuk jangan dibiarkan merusak kualitas tanah. Semuanya mesti ditinjau kembali, ditinjau bersama, demi kondisi yang lebih baik kedepannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H