Ancaman Resesi Ekonomi Global, Apa Penyebabnya ?
Resesi Ekonomi Global merupakan istilah yang familiar dan sering muncul belakangan ini. Resesi merupakan ancaman serius bagi setiap negara di dunia. Menteri Keuangan Republik Indonesia, Sri Mulyani memprediksi bahwa pada tahun ini resesi global akan terjadi, hal ini disebabkan karena kenaikan suku bunga bank sentral yang terjadi secara global.
Sebenarnya apa itu Resesi Ekonomi Global ?
Resesi Global adalah penurunan aktivitas ekonomi yang spesifik dan terjadi dalam waktu yang lama, bisa berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun. Menurut International Monetary Fund (IMF) pengertian resesi global sendiri merupakan sebuah keadaan kenaikan (inflasi) Produk Domestik Bruto (PDB) dunia sesuai dengan indikator ekonomi makro dunia. Resesi ekonomi dapat menimbulkan berkurangnya keuntungan perusahaan, bertambahnya angka pengangguran dan kebangkrutan ekonomi. Resesi juga menyebabkan tingkat pengangguran tinggi, perusahaan menjual lebih sedikit dan output ekonomi negara menurun.
Lalu Apa Penyebab Resesi Global ?
Penyebab utama terjadinya resesi global diperkirakan karena bank -- bank sentral di seluruh dunia menaikkan suku bunga secara bersama -- sama. Kenaikan suku bunga ini merupakan respon dari adanya inflasi yang terjadi. Inflasi sendiri merupakan kondisi dimana peredaran uang di masyarakat yang terlalu tinggi sehingga menyebabkan harga barang naik secara terus menerus. Selain itu, Dikutip dari buku Marketing Saat Krisis:Â
Dampak dan Solusi karya Dwi H. Santoso, berikut beberapa faktor-faktor penyebab resesi :
- Hiangnya kepercayaan terhadap investasi dan perekonomian.
- Tingkat pengangguran yang tinggi.
- Kenaikan suku bunga yang tinggi.
- Pertumbuhan ekonomi yang menurun selama dua kuartal berturut-turut.
- Jatuhnya pasar modal atau saham.
- Jatuhnya harga dan penjualan sektor properti.
- Pesanan produksi pabrik yang menurun.
- Deregulasi, yaitu pengurangan atau menghilangkan suatu aturan yang mampu menghambat aktivitas ekonomi tertentu, khususnya dalam hal persaingan dan juga pasar bebas.
- Manajemen yang buruk.
- Kontrol upah yang kurang stabil.
- Penurunan pasca perang dan pandemic.
- Krisis kredit, seperti penurunan penyaluran kredit perbankan.
- Ketika nilai aset menggelembung, dimana aset seperti properti, saham, dan emas nilainya meningkat (inflasi) menuju tingkat keseimbangan baru.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H