Mohon tunggu...
Rijo Tobing
Rijo Tobing Mohon Tunggu... Novelis - Novelis

Penulis buku kumpulan cerpen "Randomness Inside My Head" (2016), novel "Bond" (2018), dan kumpulan cerpen "The Cringe Stories" (2020) dalam bahasa Inggris. rijotobing.wordpress.com. setengah dari @podcast.thechosisters on Instagram.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Afirmasi Ambisi Manusia dalam Cerita Rakyat

10 Januari 2021   23:59 Diperbarui: 11 Januari 2021   00:22 581
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: dongengceritarakyat.com

Cerita rakyat dan cerita fabel memiliki beberapa kesamaan. Kita sulit menulusuri siapa pencipta mereka, kita sulit menentukan kapan mereka diciptakan, dan perkembangannya adalah berdasarkan penuturan secara lisan antargenerasi.

Tidak seperti cerita fabel yang dapat terus-menerus diciptakan oleh penulis-penulis baru sesuai dengan kebutuhan jaman, cerita rakyat biasanya tidak berubah dalam kurun waktu yang lama dan bersifat khas untuk suatu daerah atau masyarakat.

Cerita fabel adalah cerita yang mengandung pesan moral dimana karakter-karakter utamanya adalah sekumpulan hewan. Cerita fabel adalah cerita dengan karakter-karakter campuran: manusia, hewan, makhluk setengah dewa, dewa yang menitis ke dalam tubuh manusia/hewan, dan berbagai kemungkinan lainnya.

Pesan moral yang terkandung di dalamnya? Terus terang, saya meragukan pernyataan bahwa cerita rakyat ada untuk menyampaikan pesan moral kepada banyak orang.

Mengapa saya berkata demikian? Semakin banyak cerita rakyat yang saya baca, semakin banyak cerita rakyat yang saya ingat lagi dari masa kecil saya, semakin saya meyakini bahwa cerita rakyat ditulis dengan dua falsafah utama:

1. Keadilan harus ditegakkan

Dan bagi saya, keadilan yang dikejar untuk ditegakkan itu lebih bersifat subyektif daripada obyektif. Keadilan seharusnya bersifat kolektif, diketahui dan disepakati oleh semua elemen masyarakat yang terlibat.

Konsekuensi dari terjadinya sebuah ketidakadilan juga seharusnya merupakan sebuah kesepakatan bersama. Akan tetapi, keadilan yang diajarkan, yang diimplikasikan oleh cerita rakyat adalah keadilan yang sangat condong kepada penilaian pribadi.

Mari kita ambil sebuah cerita rakyat yang populer dari daerah Sumatera Barat. Alkisah Malin Kundang adalah anak laki-laki dari sebuah keluarga miskin. Suatu hari dia pergi berlayar, menjadi beruntung, dan kembali ke kota asalnya sebagai orang kaya raya.

Ibunya yang telah menjadi tua namun tetap miskin menyambutnya turun dari kapal dengan pakaian compang-camping. Malin Kundang yang sudah menikah dengan seorang putri dan malu akan kondisi keluarganya yang sebenarnya pura-pura tidak mengenali ibunya itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun