Mohon tunggu...
Rijo Tobing
Rijo Tobing Mohon Tunggu... Novelis - Novelis

Penulis buku kumpulan cerpen "Randomness Inside My Head" (2016), novel "Bond" (2018), dan kumpulan cerpen "The Cringe Stories" (2020) dalam bahasa Inggris. rijotobing.wordpress.com. setengah dari @podcast.thechosisters on Instagram.

Selanjutnya

Tutup

Music Artikel Utama

Akdong Musician, Bukti Nyata Kepercayaan dan Dukungan Orangtua

23 Agustus 2020   01:25 Diperbarui: 31 Juli 2024   14:29 902
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi via kpopherald.com

Untuk setiap masa, ada musiknya.

Tumbuh besar di rumah orangtua, saya dan adik-adik sangat familiar dengan lagu-lagu lawas. The Carpenter, The Chicago, The Police, Whitney Houston, Celine Dion, dan Mariah Carey adalah sebagian kecil dari deretan penyanyi legendaris yang musiknya kami dengar saban hari dari radio.

Stasiun radio K Lite FM pasti diputar setiap pagi untuk mengiringi rutinitas begitu bangun tidur dan setiap malam untuk mengakhiri hari. Beranjak remaja pada tahun 90-an membuat kami terpapar pada musik gombal nan romantis dari boyband-boyband yang tumbuh subur bagaikan jamur di musim hujan. 

Dimulai dari Take That dan diakhiri dengan Blue, itulah tonggak perjalanan yang kami tiga bersaudara sepakati dalam menggemari boyband dari Barat. Jauh sebelumnya saya adalah fans New Kids on the Block (NKOTB), Marky Mark, dan Tommy Page, tapi adik-adik saya tidak menyukai musik mereka.  

Pada tahun 1996, setahun setelah Take That menciptakan penggemar-penggemar baru lewat lagu mereka "Back for Good", SM Entertainment dari Korea Selatan meluncurkan boyband H.O.T. Lagu "Jingle Bells" yang mereka nyanyikan untuk menyambut hari Natal pada tahun itu sempat ditayangkan oleh MTV. 

Sayangnya, ketika itu Hallyu atau Korean Wave belum melanda Asia dan Indonesia. Kalau ya, mungkin Kangta dan kawan-kawannya akan lebih digemari daripada Gary Barlow, Robby Williams, dan sebagainya.

Percepat waktu tiga dekade kemudian, kita berada pada awal tahun 2020 dan semua optimisme akan keberhasilan tahun ini dihancurkan oleh pandemi yang bernama Covid-19. Tanggal 12 Maret 2020 adalah hari terakhir kedua anak saya yang paling besar belajar di sekolah mereka. 

Pada hari Jumat, 13 Maret 2020 mereka diliburkan dan setelah itu mereka memulai Home Based Learning (HBL) atau PJJ, alias belajar di rumah di bawah pengawasan orang tua dan dipandu dari sekolah, yang naik-turun, berliku-liku, dan menghadapi banyak tantangan.

Ketika itu entah kenapa sebuah Original Soundtrack (OST) dari film "Frozen 2" (2019) tiba-tiba terngiang-ngiang di telinga saya. Lagu itu berjudul "Into the Unknown" dan lagu itu mengiringi perjalanan Elsa mencari sekaligus menyangkal jati dirinya sebagai Snow Queen, pelindung Enchanted Forest dan Ahtohallan. 

Rasanya lagu tersebut sangat cocok untuk mengiringi perjalanan kita melalui sebuah pandemi yang entah kapan akan berakhir. Sepertinya tidak ada cahaya terang harapan di ujung terowongan yang kita lalui saat ini. Obat dan vaksin semuanya masih on the way.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun