Semakin manusia mempelajari tentang makhuk hidup, benda mati, dan alam, ia akan semakin menyadari bahwa ada deity di luar sana. Ada kekuatan besar yang bagi sebagian orang dipanggil sebagai "Tuhan", dan bagi sebagian yang lain dipanggil sebagai "kebetulan".
Kalau benar "kebetulan", kenapa bisa begitu teratur dan terencana?
Jika benar semuanya dimulai dari black hole, siapa yang menciptakan black hole itu? Jika benar sebuah planet tercipta dari debu, gas, dan gravitasi (seperti kata Storybots di Netflix), kenapa bisa debu-gas-gravitasi dengan komposisi X menciptakan planet Bumi dan partikel-partikel yang sama dengan komposisi Y menciptakan planet Mars, misalnya?
Siapa yang mengatur semuanya sedemikian rupa?
Siapa yang menciptakan rantai makanan dari semula, sehingga setiap tanaman yang menjadi produsen akan selalu memiliki konsumen berupa herbivora dan karnivora di atasnya? Siapa yang menciptakan garam dan menggarami laut, sehingga kematian makhluk hidup yang ada di dalam laut tidak menyebabkannya berbau busuk ?
Semakin manusia mencari tahu siapa dirinya dan siapa lingkungan di sekitarnya, dia akan semakin terkesima akan deity yang mengatur alam semesta dan segala isinya dengan begitu sempurna, tanpa campur tangan dan intervensi manusia. Manusia boleh saja tidak mau mengakui deity yang bernama Tuhan itu, namun penyangkalannya tidak menyebabkan Tuhan terbukti tidak ada.
Tahun 2020 diawali dengan sebuah epidemi yang kemudian berubah menjadi pandemi dalam waktu sekejap. Kehidupan seluruh penduduk dunia diporakporandakan oleh sebuah makhluk (tidak hidup) berukuran mikroskopik yang awalnya berpindah dari binatang ke manusia akibat kegiatan makan-makan.
Ini bukan pandemi pertama yang terjadi di dunia; manusia (seharusnya) sudah lebih siap. Berbagai propaganda dan protokol kesehatan digulirkan untuk mencegah penularan dari pengidap virus ke lebih banyak orang. Semuanya bersifat trial and error. Semua rekomendasi adalah hasil penelitian yang sambil jalan, belum ada satu orang ilmuwan pun yang berhasil menemukan bentuk akhir dari virus yang terus bermutasi ini, apalagi menemukan vaksin dan obat untuk menyembuhkannya.
Langkah awal pendeteksian orang yang terinfeksi SARS-CoV-2 adalah dengan mengukur suhu tubuh dan mengecek riwayat perjalanannya. Masalah baru muncul ketika ada Orang Tanpa Gejala (OTG) yang setelah dites ternyata positif terinfeksi virus, namun tidak menunjukkan gejala klinis yang umum menyertai penderita Covid-19. Semua orang pun panik. Virus ini merenggut nyawa dengan cepat, apalagi nyawa orang-orang yang sudah memiliki penyakit komorbid sebelumnya.
Selama beberapa bulan, berbagai aktivitas manusia di berbagai negara dihentikan. Ini akibat pemikiran bahwa virus menular paling cepat lewat mobilitas dan kedekatan fisik antar manusia. Kita membatasi diri, akhir-akhir ini tidak ada yang tahu wajah kita seutuhnya tanpa masker.Â
Kita menjaga jarak, kita menghindari sentuhan, kita takut tertular atau menulari. Semua orang paranoid; semua orang berdoa pandemi ini segera berlalu dan mimpi buruk penduduk dunia cepat berakhir.