Saya tidak pernah bercita-cita menjadi penulis; saya hanya suka sekali mendengarkan/membaca dan membuat cerita.
Ketika saya berusia 6 tahun kegemaran saya bercerita membuat saya mendapat masalah besar. Waktu itu saya duduk di kelas 1 SD dan harus menulis agenda setiap hari.Â
Agenda itu berisi daftar apa saja yang harus dipersiapkan di rumah untuk keesokan hari, termasuk jika ada PR atau tes. Agenda harus ditandatangani oleh orang tua, dan jika tidak saya harus berdiri di depan kelas karena dianggap lalai memberi tahu mereka hal-hal yang saya wajib lakukan.
Selama beberapa hari saya benar-bener lupa meminta tanda tangan dari orang tua dan saya takut dihukum. Rasa panik membuat saya nekat meniru tanda tangan ibu dan berdalih kalau tangan beliau sedang sakit, jadi tulisannya agak bengkok-bengkok. Ini akal bulus seorang anak kecil yang tidak patut ditiru dan membuat saya malu setiap kali mengingatnya.
Wali kelas tidak berkomentar apa-apa setelah mendengar alasan saya itu, sampai pada hari yang ke-3 ada surat panggilan untuk bapak. Saya sudah deg-degan, dan benar-benar penasaran ada apa gerangan, apa karena masalah tanda tangan itu?
Saya menunggu dengan cemas sampai bapak keluar dari ruang kelas dengan membawa beberapa buku cerita bergambar. Saya langsung melupakan ketakutan saya dan sibuk membolak-balik buku-buku itu. Sesampainya di rumah bapak hanya berkata begini, "Kata guru kamu, daripada berbohong, lebih baik kamu belajar menulis fiksi. Mulai besok sering-sering pergi ke perpustakaan ya."
Fiksi. Sebuah kata asing untuk seorang bocah yang menjadi sumber ide dan penghiburan tak terbatas di kemudian hari.
Pada tahun 2016 saya menulis buku pertama, sebuah kumpulan cerita pendek dalam bahasa Inggris melalui lajur indie. Sejak saat itu saya mendapat banyak pengalaman unik yang tidak akan saya dapat kalau tetap menjadi ibu rumah tangga. Jatuh bangun menjadi penulis indie kapan-kapan saya tuliskan ya.
Berikut ini dua pengalaman unik yang paling berkesan buat saya:
1. Menerima email berisi pujian terhadap buku saya
Isi emailnya benar-benar membuat hati saya berbunga-bunga. Buku saya baru dipajang di toko buku terkemuka sekitar 3 bulan, tapi anak SMA dari Bekasi ini sudah membaca dan menamatkannya. Dalam email yang beralih ke chatting, dia membagikan cerita yang paling dia sukai dan tidak sukai.