Sisi kedua, ini langkah pengelola bioskop untuk mencegah kemungkinan terburuk seperti pengunjung bioskop mengalami keracunan makanan. Jika keracunan makanan terjadi di area bioskop, maka siapa yang akan diminta untuk bertanggung jawab? Ya, pengelola bioskop.Â
Namun tanggung jawab ini bisa dituntut jika makanan yang dicurigai mengakibatkan keracunan adalah memang makanan yang dibuat, bisa dikontrol kualitasnya, dan dijual langsung oleh pengelola bioskop. Jika pengunjung bioskop keracunan makanan yang dia bawa dari luar area bioskop, maka hal ini akan menimbulkan kerumitan baik bagi pengelola bioskop maupun bagi pengunjung itu sendiri.
Saya akan protes jika harga tiket nonton digabung dengan harga snack. Saya akan melihatnya sebagai sebuah bentuk pemaksaan, karena tujuan utama saya pergi ke bioskop adalah untuk menonton film, bukan untuk makan/minum. Tapi saya tidak akan protes jika harga snack di dalam area bioskop lebih mahal dari di luar bioskop, karena saya melihatnya sebagai kewenangan penuh dari pengelola bioskop.
Yang saya lakukan adalah saya bebas memilih untuk: 1) tidak makan/minum selama menonton film, atau 2) rela mengeluarkan uang lebih banyak karena saya ingin menonton sambil mengemil.
Akhir kata, menonton bioskop dan membeli snack di area bioskop adalah sama-sama sebuah kebebasan dan keputusan. Sama seperti pengelola bioskop yang bebas untuk memutuskan harga tiket dan snackyang dia jual, saya juga bebas untuk memutuskan menonton di jaringan bioskop mana dan membeli/tidak membeli snackuntuk saya konsumsi selama saya menonton.Â
Semua bergantung pada nilai tambah yang saya persepsikan akan saya terima (hiburan dari film yang saya tonton, perut kenyang akibat makan/minum snack), dan tentu saja bergantung pada ketersediaan uang di dalam dompet saya.
Â
*) artikel terkait mengenai kebebasan dan keputusan bisa dibacadi sini