Pulau Madura atau yang biasa disebut Pulau Garam ini seluruh pulaunya dikelilingi oleh lautan. Oleh karena itu, Madura termasuk dalam 10 daerah penghasil garam terbesar di Indonesia. Salah satunya terdapat di daerah Kabupaten Sampang, Madura, Jawa Timur. Mayoritas masyarakat Madura bekerja sebagai Nelayan dan Petani garam. Akan tetapi, dengan pulau yang dikelilingi lautan maka bisa dimanfaatkan untuk menanam tanaman air yang tentunya tanaman yang bisa hidup diatas kandungan air garam yang tinggi yaitu Tanaman Mangrove.
Tanaman Mangrove atau Bakau, ini merupakan tanaman air payau yang bisa tumbuh pada kandungan air garam yang tinggi sekalipun karena pada Tanaman Mangrove tersebut memiliki cara beradaptasi dalam air laut yang memiliki kadar air garam yang tinggi dengan baik. Sehingga garam tidak masuk ke dalam jaringan bakau. Oleh karena itu, tidak semua tanaman bisa hidup dan tumbuh dengan baik di air laut. Karena hanya Tanaman Mangrove yang memiliki kelenjar yang bisa mengeluarkan garam dan bisa beradaptasi di air laut dengan baik.
Tanaman Mangrove selain bisa beradaptasi dengan baik di air laut, tanaman ini juga mempunyai fungsi yang baik. Salah satunya bisa menahan atau mengurangi hantaman ombak laut ke daratan. Pada kenyataannya air yang mengandung tingkatan garam paling tinggi seperti air laut bisa menyebabkan erosi di tepi daratan. Namun, semua itu terlindungi oleh Tanaman Mangrove ini karena tanaman ini bisa mengurangi kadar garam yang tinggi sehingga bisa mengurangi kadar garam yang tinggi sehingga bisa mengurangi tingkat erosi yang terus terjadi.
Tanaman Mangrove selain bisa berfungsi sebagai penahan ombak dan pelindung tepi daratan. Tanaman ini bisa dijadikan sekaligus dikembangkan menjadi Ekowisata di daerah pesisir. Pemerintah setempat seharusnya bisa memanfaatkan tanaman ini sebagai ikon pariwisata yang baru. Untuk itu pemerintah setempat seharusnya bisa terus mengembangkan tempat Wisata Mangrove yang lainnya tidak hanya di Desa Labuhan, Kecamatan Sepulu, Kabupaten Bangkalan, Jawa Timur. Yang merupakan tempat Wisata Hutan Mangrove yang berdiri sejak tahun 2013 dengan terhampar diatas lahan pesisir seluas 8 hektar serta ditumbuhi lebih dari 10.000 Pohon Mangrove.
Langkah pembentukan Wisata Hutan Mangrove ini merupakan langkah yang tepat karena pemerintah bisa memanfaatkan lahan dan SDA yang ada sehingga bisa menambah penghasilan daerah serta membuka lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat sekitar. Untuk itu, pemerintah setempat diharapkan bisa terus mengembangkan inovasi terbaru untuk ikon Wisata Hutan Mangrove ini. Sebab langkah ini sekaligus bisa menjaga dan melestarikan Mangrove yang ada.
Kita sebagai masyarakat harus mendukung apa yang telah dilakukan oleh pemerintah. Sebagai bentuk aspirasi masyarakat kepada pemerintah mengenai Wisata Hutan Mangrove. Masyarakat hendaknya juga ikut menjaga dan melestarikan Tanaman Mangrove ini agar terjaganya Ekosistem Laut yang ada. Sebab jika kita merusak maka suatu ekosistem tersebut akan terganggu kehidupannya.
Kesimpulannya adalah Hutan Mangrove atau Bakau ini merupakan tanaman air payau yang berfungsi sebagai penahan ombak laut dan pelindung tepi daratan dari bencana erosi. Maka dari itu, pemerintah hendaknya terus mengembangkan ide dan inovasi baru untuk Wisata Hutan Mangrove ini. Selain itu, pemerintah juga harus memanfaatkan SDA yang ada seperti Tanaman Mangrove ini untuk kepentingan bersama sekaligus bisa membuka lapangan pekerjaan baru dan menyejahterakan masyarakat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H