Anak-anak di Finlandia tidak mengenakan seragam untuk pergi ke sekolah, tidak ada ujian masuk, tidak bayar, anak-anak tidak masuk sekolah sampai usianya 7 tahun, dan seterusnya. Menarik, ya?
Tak heran, pendidikan di Finlandia selalu masuk dalam jajaran teratas berbagai chart pendidikan internasional. Ya, bahkan di The Economist, Finlandia menduduki peringkat pertama, sementara Amerika Serikat harus puas di peringkat ke-17 saja. Bahkan Inggris atau Australia yang seringkali menjadi sasaran lokasi kuliah anak-anak Indonesia, ada di peringkat 6 dan 13.
Saya pribadi menganggap prinsip pendidikan yang diterapkan di Finalandia sangat menarik. Dan sebagian, sebenarnya bisa diterapkan di Indonesia. Ini beberapa di antaranya:
Anak-anak di Finlandia mulai sekolah di usia 7 tahun
Sebelum itu, mereka di rumah atau daycare bersubsidi. Kenapa dimulai di usia 7 tahun? Di usia ini, mereka sudah ada di tahap concrete operational stage yaitu tahap di mana anak sudah bisa berpikir secara rasional. Kalau menurut Ibu Elly Risman, di usia 7 tahun, sinaps di otak manusia baru terhubung sempurna makanya anak mulai bisa berpikir secara organized dan rasional.
Terus, anak-anak ngapain dong, di rumah? Nah, keuntungannya adalah di Finlandia maternity leave seorang ibu adalah 3 tahun. Woot!? Enak banget, ya? Pasti semua ibu bekerja akan berpikir demikian. Siapa yang ingat iklan di mana di situ disebutkan bahwa sampai usia 3 tahun, otak anak bagaikan spons yang menyerap hal di sekitarnya. Bayangkan kalau selama 3 tahun pertama anak diasuh full oleh ibunya?
Bagaimana anak-anak di tahun-tahun berikutnya?
iga tahun berikutnya, anak-anak di Finlandia yang orangtuanya bekerja, masuk ke daycare bersubsidi. Humm, memang sih, kalau di luar sana daycare merupakan hal yang amat sangat lumrah. Sayang, di Indonesia daycare masih dijadikan pilihan utama dalam pengasuhan anak saat orangtuanya bekerja ya.
Sementara di usia 6 tahun, anak akan masuk ke sekolah Pre-Primary Education atau sekolah persiapan untuk memasuki tahap Sekolah Dasar.
Bandingkan dengan di Indonesia, yang sejak usia 6 bulan saja sudah banyak ‘sekolah’-nya.
Mengutamakan kemandirian