Penggunaan bahasa seseorang tidak bisa dilepaskan dari politik dan ideologinya. Penggunaan kata tabayun oleh SBY pun tentu memiliki maksud tertentu. Dalam analisis wacana kritis, penggunaan kata tabayun oleh SBY menginformasikan kepada publik bahwa SBY mencoba mengodekan pengalaman indvidu dan kulturalnya sebagai anggota budaya tertentu. Mungkin saja SBY mengidentifikasi dirinya sebagai bagian dari Islam moderat.
      SBY meminjam kosakata Arab (bahasa yang identik dengan agama Islam) untuk menunjukkan bahwa dirinya merupakan pemeluk agama Islam yang taat. Di sisi lain, SBY mengadakan tabayun sebagai kode bahwa meskipun dirinya pemeluk agama Islam yang taat, SBY tetap mengedepankan cara-cara damai untuk penyelesaian masalah. Hal ini akan berpengaruh terhadap ketokohan SBY dan berdampak pada kader-kader politisi yang akan didukung lewat partainya. Karena publik akan menilainya sebagai langkah positif.
      Dalam pandangan Halliday (pakar Analisis Wacana Kritis), penggunaan kata tabayun oleh SBY dapat dilihat sebagai teks yang terbungkus konteks pertarungan kekuasaan secara halus. SBY berusaha mempertahankan dan menyelamatkan ketokohannya sekaligus partainya setelah dilanda guncangan keras pada Pilkada DKI Jakarta. Analisis wacana dalam tabayun merupakan dimensi-dimensi kekuasaan yang sedang dipraktikkan seorang tokoh politik.
      Langkah bertabayun yang dilakukan SBY merupakan praktik ideologi yang diproduksi melalui teks dan konteks. Teksnya adalah kata tabayun itu sendiri. Sementara, tabayun memiliki konteks sosial dan budaya yang berjuang merefresentasikan sebuah makna ideologi tertentu. Dan, memang ideologi selalu berusaha menyediakan dan memberikan jawaban tentang identitas kelompoknya.
     Â
     Â
     Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H