Pernahkah Anda bertanya-tanya kenapa seringkali Anda gagal untuk mencapai tujuan Anda? Pernahkah Anda memutuskan untuk memulai sesuatu yang baru namun ternyata hasilnya tidak sesuai dengan harapan Anda?
Atau mungkin Anda sudah menyusun rencana dan tujuan Anda sebaik mungkin tapi tetap saja hasilnya tidak sesuai harapan? Jika Anda seringkali mendapati diri Anda dalam kondisi tersebut maka artikel ini sangat cocok untuk Anda!
Sebelum kita membahas lebih dalam lagi terkait masalah-masalah tersebut saya ingin mengajak anda untuk mengenal 3K, apa itu 3K?
3K adalah Konteks, Konsep, dan Konten.Â
Pertama-tama mari kita mengenal apa itu konteks, dalam semiotika, linguistik, sosiologi, dan antropologi, konteks mengacu pada objek atau entitas yang mengelilingi peristiwa fokus.
Dalam disiplin ilmu ini biasanya peristiwa komunikatif, dalam beberapa jenis. Konteks adalah "bingkai yang mengelilingi acara dan menyediakan sumber daya untuk interpretasi yang sesuai".
Selanjutnya mari kita mengenal konsep, konsep didefinisikan sebagai gagasan abstrak atau gagasan umum yang muncul dalam pikiran, ucapan, atau pemikiran. Mereka dipahami sebagai blok bangunan dasar pemikiran dan keyakinan. Mereka memainkan peran penting dalam semua aspek kognisi.
Dan yang terakhir adalah konsep, dalam penerbitan, seni, dan komunikasi, konten adalah informasi dan pengalaman yang diarahkan kepada pengguna akhir atau audiens. Konten adalah "sesuatu yang ingin diekspresikan melalui media, seperti pidato, menulis atau berbagai seni".
Mungkin terasa sedikit membingungkan untuk anda benar-benar memahami 3K, namun sebenarnya secara tidak langsung anda mungkin sudah memahami makna dari 3K tersebut dalam kehidupan anda.
Mari kita menyederhananakan ketiga hal dengan mengetahui kepada apa ketiga hal tersebut mengacu :Â
- Konteks = Goals (Tujuan)
- Konsep = Mindset (Pola Pikir)
- Konten = Habits (Perilaku/Kebiasaan)
Saat ini mungkin Anda secara otomatis sudah benar-benar memahami 3K, selanjutnya saya ingin mengajak Anda untuk membayangkan masalah-masalah yang terjadi pada kehidupan kita, baik masalah yang terjadi secara langsung maupun tidak langsung terhadap diri kita sendiri maupun masalah yang dihadapi oleh orang lain untuk kita jadikan pelajaran sekalian untuk lebih memahami implementasi 3K pada kehidupan yang nyata.
Dalam ruang lingkup pendidikan lebih spesifiknya dalam dunia perkuliahan saya seringkali memperhatikan bagaimana orang-orang bertindak. Tentu saja kita memahami bahwa tindakan mengacu pada pikiran sadar maupun tidak sadar.
Pada umumnya saya membagi mereka menjadi 2 kelompok yaitu orang-orang dengan "Conceptual Thinking" dan orang-orang dengan "Contextual Thinking".
Meskipun ada sedikit dari mereka yang memiliki "Contentual Thinking" namun saya tidak akan menggolongkan mereka karena hal tersebut hanya mengacu pada tindakan yang berorientasi pada ketidaksadaran terorganisir dan menjadi sebuah kesadaran sederhana atau sederhananya mereka adalah ikan-ikan yang selalu mengikuti arus.
Mari kita mulai dengan memperhatikan implementasi "Conceptual Thinking" dalam kehidupan, disini saya akan menggunakan dunia perkuliahan sebagai media memahami implementasi hal tersebut.
Dalam dunia perkuliahan mungkin kita seringkali menjumpai mahasiswa ataupun dosen yang selalu berorientasi pada nilai.
Pada suatu malam saya berkesempatan untuk berbincang-bincang dengan salah satu mahasiswa jurusan manajemen di salah satu universitas yang cukup di kenal di Indonesia dan saya menggolongkan mahasiswa tersebut pada golongan "Conceptual Thinking".
Dalam perbincangan tersebut kami banyak membahas mengenai "Goals", Awal perbincangan dimulai dengan pertanyaannya kepada saya tentang bagaimana caranya meningkatkan kualitas hidup, dari pertanyaan tersebut saya kembali bertanya "Apa tujuan anda?" lalu Ia pun kebingungan untuk menjawab pertanyaan tersebut dan saya pun menjelaskan mengenai "Goals".
Sederhananya "Short-term Goals" mengacu pada apa yang ingin Ia capai secepatnya, "Mid-term Goals" mengacu pada apa yang ingin Ia miliki, dan "Long-term Goals" mengacu pada hal apa yang ingin Ia ciptakan selama Ia hidup.
Saya pun menjelaskan bahwa memang butuh waktu untuk benar-benar mengetahui apa "Long-term Goals" kita. Setelah saya menjelaskan hal tersebut Ia pun sedikit terbantu untuk menjawab pertanyaan saya, Ia menjawab "Saat ini saya memiliki Short-term Goals yaitu mendapatkan IPK diatas 3,5.
Dari sini mari kita belajar mengidentifikasi dengan memperhatikan bagaimana saya bertanya kepada mahasiswa tersebut.
Setelah Ia menyampaikan pernyataannya mengenai Goals-nya saya menjawab "Sebelum kita lanjut pembahasannya saya ingin meyampaikan sesuatu tapi mungkin saja saya salah, Goals anda adalah lulus dengan IPK diatas 3,5. Anda memiliki Goals tersebut dengan harapan mendapatkan pekerjaan yang bagus?"
Ia menjawab "Iya, saya mengharapkan pekerjaan yang bagus dengan IPK saya yang diatas 3,5.", lalu saya kembali bertanya pada mahasiswa tersebut "Memangnya pekerjaan apa yang bagus?" dari pertanyaan tersebut Ia pun kebingungan dan tidak bisa menjawab.
Dari kasus ini kita bisa memahami secara tidak langsung bahwa Conceptual Thinking adalah pola berpikir yang sudah terdisrupsi oleh zaman seperti "Pergilah ke sekolah, dapatkan nilai yang bagus maka anda akan mendapatkan pekerjaan yang bagus".
Mereka yang berpikiran konseptual sama sekali tidak mengetahui apa yang mereka inginkan secara detail.
Mereka melakukan suatu tindakan atas dasar pandangan stereotype orang-orang tentang apa yang baik tanpa memahami secara keseluruhan tindakannya. Maka dari itu orang-orang yang berpikiran konseptual seringkali lekat dengan pandangan "Anak Baik".
Selanjutnya mari kita memperhatikan implementasi dari Contextual Thinking. Mungkin kita seringkali menjumpai orang-orang yang sering berkata "Pelajaran di sekolah tidak bisa membuat saya menjadi pebisnis sukses." atau sebagainya.
Seringkali mereka melakukan penolakan terhadap sistem yang diterapkan dan melakukan pembenaran atas apa yang mereka lakukan walaupun itu bukan hal yang baik.
Pada kasus ini saya rasa tidak perlu penjelasan contoh kasus seperti sebelumnya karena saya yakin mungkin saja anda sudah bisa membuat skenario anda sendiri.
Terakhir saya ingin sedikit menjelaskan mengenai Contentual Thinking, mereka adalah orang-orang yang selalu menerima apa yang diberi dan tidak berusaha mencari jati diri mereka sendiri, tidak mengetahui apa yang sebenarnya mereka inginkan.
Hal yang terpenting bagi mereka adalah kenyamanan bagi diri mereka sendiri, apa yang mereka anggap baik maka itulah yang baik untuk mereka.
Orang-orang seperti ini lebih sulit diidentifikasi namun pernyataan mengenai Contentual Thinking bukanlah sesuatu yang buruk karena hal tersebut juga sebenarnya kita butuhkan dalam hidup kita.
Konsep 3K yang ditulis di artikel ini hanyalah penjelasan singkat dan pengenalan saja karena tidak memungkinkan untuk menjelaskan keseluruhannya pada artikel ini. Keseluruhan mungkin akan ditulis pada artikel-artikel selanjutnya maka dari itu anda bisa terus mengikuti artikel saya.
Keseluruhan hal tentang konsep ini  sedang di susun oleh penulis dalam buku yang berjudul The Prologue of Your FP Life. Konsep 3K hanyalah salah 1 Konsep saja yang sedang penulis kembangkan.
Buku tersebut akan membahas secara detil langkah-langkah yang harus ditempuh. Untuk anda yang tertarik memiliki buku tersebut silahkan klik tombol follow di laman profil kompasiana saya atau anda bisa mengikuti saya di social media.
Instagram : rihanrauf
Twitter : RihanRaufA
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H