Mohon tunggu...
Raihani Azhari
Raihani Azhari Mohon Tunggu... lainnya -

Memutuskan hidup di sebuah tempat yang tenang,

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Pemuda sebagai Sebuah Kelas

6 Juli 2012   06:38 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:15 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam beberapa definisi sering kita temui beberapa pengertian pemuda sebagai kategori umur. Kita taruh pengertian pemuda dari:

• WHO menggolongkan usia 10 – 24 tahun sebagai young people, sedangkan remaja atau adolescence dalam golongan usia 10 -19 tahun. • Pemuda identik dengan sebagai sosok individu yang berusia produktif dan mempunyai karakter khas yang spesifik yaitu revolusioner, optimis, berpikiran maju, memiliki moralitas, dsb. Kelemahan mecolok dari seorang pemuda adalah kontrol diri dalam artian mudah emosional, sedangkan kelebihan pemuda yang paling menonjol adalah mau menghadapi perubahan, baik berupa perubahan sosial maupun kultural dengan menjadi pelopor perubahan itu sendiri (lih. Source di bawah).

Dalam realitas kelas guna kepentingan gerakan pembebasan di desa. Sungguh menggolongkan tua-muda, atau kategori laki-perempuan, suku, agama, merupakan suatu hal yang bisa dikatakan kurang tepat (out of context). Karena sejatinya permasalahan berada di mode produksi ekonomi yang berlaku. Ya, karakteristik seseorang sangat dideterminasi oleh posisi sosial dan kelas, bukan usia. Semuanya tergantung pada akses ke alat produksi. Bukankah, seorang pemilik kapital dan pemodal itu, bisa saja berusia muda? Apakah ada jaminan seorang pemuda yang menjadi boss, akan bersikap sebagai lebih baik dari seniornya? Jawabannya, tidak! Beberapa kali selentingan dari beberapa orang tua yang menyebut jiwa pemberani, dan revolusioner sebagai jiwa muda. Mereka itu, tentu tidak menghubungkan sama sekali apa yang ia sebut sebagai jiwa muda, dengan posisi sosial dan atau akses ke alat produksi dalam mode produksi kapitalis. Mereka hanya berkata saja, “biar tua, tapi jiwa muda”. Tentu saja, patut dan jelas kita sangsi dengan perkataan seperti itu, jelas rujukan jiwa muda telah disalahmengertikan sebagai -sangat revolusioner dan aktif. Sementara itu, menjadi orangtua berarti, tidak lagi revolusioner dan pasif. Jelas logika ini dangkal. Pemuda tentu saja tidak sama secara karakteristik dan tidak mungkin kita samakan karakternya untuk diajak membangun organisasi. Derajat militansi seseorang tidak tepat memakai kategori umur. Karena anak pak lurah, juragan sapi, atau PNS, tidak sama kepentingan, gaya, selera, dan cara bicaranya dengan anak seorang petani penggarap. Beberapa pemuda baik anak atau justru pemilik alat produksi tentu saja memiliki karakter yang lebih pro-kemapanan dan enggan untuk melakukan perubahan. Sementara itu, pemuda yang berada dalam situasi tanggung, akan memiliki karakter oportunis dan sungguh sulit baginya untuk memiliki kejelasan dalam bersikap.

Sumber gambar: http://wwhttp://www.agfax.net

Namun begitu, secara umum untuk kepentingan kendaraan, bolehlah kita mempergunakan metode organisasi kepemudaan ini untuk meraih telinga massa secara meluas. Dengan jalan kepemudaan, tentu lebih mudah bagi seorang organizer untuk menarik mereka yang berusia lebih muda untuk turut aktif terlibat dalam berbagai program dan kegiatan perubahan di masyarakat. Pemuda hari ini terdapat persamaan nasib dan situasi antara satu tempat di tempat lain. Kondisi sosial ekonomi yang dialami beberapa anak muda mirip namun tidak sama. Dalam beberapa waktu belakangan, pengangguran, urbanisasi, perkembangan teknologi, dan rendahnya pendidikan menjadi permasalahan serius yang menimpa generasi anak kaum tani kecil. Sementara itu, pemuda yang paling revolusioner dan progressif dalam alam desa adalah mereka yang bekerja sebagai buruh upahan dan sangat tergantung nasibnya kepada para pemilik alat produksi baik tanah, mesin selep, traktor, irigasi dan lainnya. Kesimpulan Sekali lagi untuk perlu kita ingat, bahwasanya term perubahan dari pemuda kemudian menegasinya dengan orang tua, meskipun relevan dalam arti sebagian besar pemuda berpotensi menjadi si terhisap (buruh upahan) dan orang tua sebagai si penghisap (pemodal), pola pikir ini tidak dapat dipertahankan secara terus menerus dan lebih lama. Sebab akan muncul kegagalan akibat tidak teridentifikasikannya kelas. Misi pembebasan masyarakat adalah keadilan akses ekonomi, jelasnya agar tidak ada buruh (mayoritas) – majikan (minoritas), sehingga seseorang dapat hidup mandiri dan berdaulat. Misi perubahan sekali lagi, bukan untuk mengusir semua orang tua untuk pergi dan atau menuruti kehendak kaum muda, saja. Source: http://wahyuningtiyas.blogspot.com/2008/12/pengertian-pemuda-menurut-kamus.html

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun