Mohon tunggu...
Muhamad Nur Rihandi
Muhamad Nur Rihandi Mohon Tunggu... Foto/Videografer - MAhasiswa/Pelajar

Saya adalah seorang Mahasiswa dari UIN SIBER SYEKH NURJATI CIREBON, yang memiliki skill di dunia fotografi dan saya adalah Mahasiswa semester 5, hobi saya adalah fotografi dan membaca.

Selanjutnya

Tutup

Parenting

Terjepit Keadaan "Sandwich Generation"

22 Oktober 2024   22:12 Diperbarui: 22 Oktober 2024   22:32 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
@muhamad nur rihandi

Istilah "generasi sandwich" digunakan untuk menggambarkan kelompok orang dewasa yang memiliki dua tugas besar: merawat anak-anak mereka sendiri dan memberikan dukungan kepada orang tua mereka yang semakin tua. Di era modern, istilah ini semakin relevan karena banyak orang menghadapi beban ganda ini karena perubahan demografis dan ekonomi. Orang-orang dari generasi ini sering merasa "terjepit" di antara tanggung jawab merawat orang tua mereka yang mulai kurang sehat dan kewajiban mereka terhadap keluarga muda. Generasi ini menghadapi tekanan yang rumit dan seringkali memiliki tingkat emosional yang tinggi. 

Peningkatan usia harapan hidup adalah faktor utama yang membuat fenomena generasi sandwich semakin menonjol Orang tua sekarang hidup lebih lama karena kemajuan di bidang kesehatan dan kedokteran, tetapi masalah kesehatan yang membutuhkan perhatian dan perawatan jangka panjang seringkali mengharuskan anak-anak membutuhkan dukungan finansial lebih lama, seringkali hingga usia dewasa. Hasilnya, orang-orang dari generasi sandwich harus mengatasi dua beban di antaranya orang tua dan adiknya sehingga masalah keuangan yang menjadi paling signifikan.

Selain masalah keuangan, generasi sandwich juga menghadapi masalah psikologis. Seringkali, memberikan perawatan kepada orang tua yang lebih tua memerlukan pengorbanan waktu, tenaga, dan perhatian. Hal ini dapat menyebabkan stres, terutama ketika orang harus berbagi perhatian dengan adik-adiknya yang juga membutuhkan dukungan. Karena tidak dapat memberikan perhatian yang cukup kepada kedua pihak, orang tua maupun adik-adiknya, konflik peran ini sering kali menyebabkan perasaan bersalah dan merasa tidak adil antara dirinya, orang tuanya, ataupun adik-adiknya.  

Generasi sandwich juga menghadapi masalah menjaga kesehatan mental dan fisik diri mereka sendiri. Dan sangat mudah bagi seseorang untuk mengabaikan kesehatan mereka sendiri ketika mereka dipaksa untuk memenuhi kebutuhan orang lain. Karena beban yang berlebihan, banyak orang mengalami kelelahan, stres, atau bahkan depresi. Mengingat beban yang mereka tanggung, mereka sering merasa bahwa terus bertahan adalah satu-satunya pilihan mereka. Sangat penting bagi generasi sandwich untuk mencari dukungan dari teman, keluarga, dan karyawan di tengah situasi sulit ini.

Selain itu, dukungan dari pasangan atau keluarga lainnya sangat penting. Pembagian peran yang jelas dan komunikasi yang terbuka di dalam keluarga dapat membantu menjaga keseimbangan dan mencegah terjadinya konflik dalam keluarga. dan berbagi tanggung jawab juga dapat membantu individu mengurangi beban. Selain itu, masyarakat harus mulai lebih terbuka dalam diskusi tentang masalah generasi sandwich. Dengan meningkatnya kesadaran masyarakat, diharapkan akan ada lebih banyak dukungan sosial dan program yang bertujuan untuk meringankan beban yang ditanggung generasi ini. 

Dan banyak dari mereka merasa terisolasi karena menghadapi masalah yang sering dianggap sebagai "masalah pribadi". Dan dalam jangka panjang, generasi sandwich membutuhkan strategi yang luas untuk mengatasi masalah yang mereka hadapi. Strategi ini dapat mencakup perencanaan keuangan yang lebih baik, dukungan emosional, dan kebijakan yang mendukung kesejahteraan keluarga secara keseluruhan. Pada akhirnya, dengan pendekatan yang tepat, generasi sandwich dapat mengelola tanggung jawab mereka tanpa mengorbankan kesehatan dan kebahagiaan pribadi mereka. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun