Netizen sudah menjadi bagian tidak terpisahkan dalam kehidupan kita sehari-hari. Internet bukan saja alat komunikasi tapi menjadi mesin uang. Menjadi terkenal adalah aset. Karena itu berbagai cara dipakai agar terkenal. Masalahnya ada yang menempuh cara tidak benar yakni dengan menebar hoaks.
Nah, apakah media massa perlu menanggapi setiap komentar dan ulah netizen?
Menurut saya ini perlu pemahaman dan pengkajian mendalam agar media massa baik cetak maupun elektronik tidak sibuk mengurusi comment yang memang dirancang untuk menjadi viral oleh netizen.
Dalam beberapa kasus misalnya, netizen diduga sengaja membuat pernyataan yang nyeleneh agar viral. Lalu, setelah digugat hanya minta maaf dan kemudian mengulanginya lagi.
Beberapa media bermaksud baik dengan meluruskan ulah netizen yang kontennya ngawur. Bahkan media membuat tulisan melalui rubrik khusus seperti Cek Fakta untuk membahas benar tidaknya informasi yang beredar.Â
Maksud baik ini perlu dihargai. Tapi apakah perlu semua hoaks dibahas? Kadang berita hoaks jadi lebih terkenal karena dibahas di media massa. Orang yang tadinya tidak tahu malah membacanya di media mainstream..
Menurut saya, ulah para netizen yang memang ingin cari sensasi ini tidak perlu disebarluaskan media massa.Â
Dalam dunia sepakbola, ada strategi penyiaran televisi internasional yang tidak mau lagi menyorot orang yang menerobos lapangan. Kamera televisi mengarahkan ke tempat lain, lalu komentator saja yang mengatakan ada penerobos.ke lapangan.Â
Lalu di hari berikutnya, media massa mengumumkan orang yang menerobos lapangan sepakbola itu dihukum tidak boleh nonton di stadion untuk jangka waktu tertentu atau seumur hidup. Seharusnya juga tanpa foto pelaku. Tapi beberapa media yang suka sensasi memang masih suka menulis dan memotret penerobos. Tapi lama-lama diharapkan media seperti ini tidak melakukannya lagi.Â
Masalahnya, media online khususnya, justru suka menumpang di berita sensasional yang bahkan sudah pasti hoax. Misalnya media massa mengutip pemilik akun yang mengabarkan berita hoaks lalu wartawan membuat berita bantahan. Media online yang sedang cari nama mungkin malah tergoda mencari berita viral meski hoaks untuk dibahas. Dengan begitu, diharapkan jumlah viewer medianya ikut terdongkrak.