Mohon tunggu...
RIHADATUL AISY
RIHADATUL AISY Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Negeri Malang

Saya merupakan mahasiswa jurusan Bimbingan dan Konseling

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Teknik Sosiodrama Terbukti Efektif Cegah Moral Disengagement pada Siswa di SMA Kabupaten Malang

11 September 2024   19:29 Diperbarui: 11 September 2024   19:33 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pelaksanaan Sosiodrama (dokpri)

Moral disengagement sebuah istilah yang cukup asing bagi sebagian individu. Namun, pada nyatanya hampir dalam setiap individu terdapat moral disengagement atau pelepasan moral. Moral disengagament ialah ketidakmampuan individu untuk mengontrol tingkah lakunya sehingga cenderung bertingkah laku yang tidak manusiawi. Sehingga individu cenderung menggunakan satu atau lebih mekanisme atau cara untuk melepaskan sanksi diri dari tindakan tidak etis atau tindakan yang tidak sesuai dengan nilai moral.

Adanya kecenderungan moral disengagement ditemukan pada siswa di SMA Islam Kepanjen, Kabupaten Malang. Hal tersebut didasarkan pada adanya studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti di SMA Islam Kepanjen pada Februari 2024 yang menunjukkan adanya kecenderungan moral disengagement di kelas X dan XI tahun ajaran 2023/2024. Berdasarkan data studi pendahuluan tersebut, terdapat 1 kelas yaitu kelas XI-2 yang memiliki tingkat moral disengagement "sedang" paling tinggi diantara kelas yang lainnya yaitu sebesar 84%. Sehingga siswa di kelas XI-2 dinilai membutuhkan sebuah layanan agar tingkat moral disengagement siswa pada kelas tersebut tidak meningkat.

Bimbingan dan konseling diharapkan mampu membantu siswa dalam mengambil keputusan yang tepat dan berperilaku yang baik. Sehingga salah satu upaya yang dapat dilakukan di kelas XI-2 melalui layanan bimbingan dan konseling yaitu dengan memberikan layanan bimbingan klasikal dengan teknik sosiodrama.

Teknik sosiodrama merupakan sebuah permainan peran yang memiliki tujuan dalam pemecahan permasalahan sosial yang ada pada hubungan antar manusia. Dengan begitu, adanya teknik sosiodrama ini dapat membuat siswa mampu melihat dari sudut pandang yang berbeda bahwa berperilaku yang mencerminkan moral disengagement dapat merugikan dirinya maupun individu lainnya yang ada disekitarnya. Sehingga dengan teknik sosiodrama ini dapat mendorong siswa untuk berperilaku yang lebih etis.

Pada pemberian layanan tentunya fasilitator memerlukan pedoman eksperimen. Pedoman eksperimen ini bertujuan untuk memberikan penjelasan mengenai langkah-langkah bagi fasilitator dalam memberikan treatment berupa penggunaan teknik sosiodrama dalam mencegah kecenderungan moral disengagement siswa. Pada pedoman eksperimen ini terdapat 1) pendahuluan, 2) petunjuk penggunaan pedoman eksperimen, 3) pelaksanaan eksperimen, 4) prosedur pelaksanaan, 5) penutup. Pada pedoman eksperimen berisikan 3 skenario sosiodrama yang didalamnya memuat 8 dimensi moral disengagement. Pedoman eksperimen ini digunakan sebagai bentuk upaya pencegahan yang digunakan agar siswa dengan tingkat moral disengagement "sedang" agar tidak mengalami peningkatan. Hal tersebut dikarenakan dengan adanya peningkatan moral disengagement dalam diri siswa, maka dapat berdampak pada munculnya perilaku negatif.

Siswa pada kelas yang menjadi subjek penelitian tersebut selanjutnya diarahkan untuk mengisi angket pretest, dilanjutkan dengan pemberian treatment selama 3 kali pertemuan, serta dilanjutkan dengan pengisian angket posttest. Berdasarkan 3 kali pertemuan yang telah dilaksanakan, pada setiap pertemuannya terdapat dimensi moral disengagement yang berbeda. 

Pada setiap pertemuan terdapat beberapa dimensi yang disajikan secara tersirat pada skenario sosiodrama, pertanyaan refleksi, maupun evaluasi hasil. Pada pertemuan pertama terdapat tiga dimensi yang dibahas yaitu pemindahan tanggung jawab, mengabaikan konsekuensi, dan dehumanisasi. Pada pertemuan kedua terdapat dua dimensi yaitu penghalusan istilah dan menyalahkan orang lain. Serta pada pertemuan ketiga terdapat tiga dimensi yaitu pembenaran moral, perbandingan yang menguntungkan, dan penyebaran tanggung jawab.

Pada setiap pertemuannya dapat dikatakan siswa mampu mengidentifikasi perilaku yang mencerminkan indikator yang sedang di bahas. Siswa juga dapat membawakan peran sesuai dengan tokoh yang diperankannya sehingga terdapat adanya spontanitas dan kreativitas. Siswa juga menghayati dalam membawakan peranannya. Selain itu, pada skenario sosiodrama juga terdapat salah satu adegan yang sesuai dengan perilaku dari salah satu siswa di kelas tersebut. Sehingga sosiodrama ini dapat dijadikan sebagai ruang untuk bertindak dengan adanya realitas sehingga dapat memfasilitasi pengalaman dan interaktif kreatif dalam pencarian pembelajaran berdasarkan pengalaman.

Selanjutnya berdasarkan data yang akan diperoleh melalui pengisian angket pretest dan posttest, dapat diketahui bahwa tingkat moral disengagement pada siswa di kelas XI-2 SMA Islam Kepanjen dari hasil pretest menunjukkan rata-rata sebesar 42,88. Kemudian setelah diberikan treatment bimbingan klasikal dengan teknik sosiodrama, diperoleh hasil posttest sebesar 35,92. Sehingga terdapat penurunan sebesar 6,96 yang menggambarkan bahwa adanya penurunan moral disengagement pada siswa di kelas XI-2. Penurunan skor tersebut terjadi pada 23 siswa serta 2 siswa tidak mengalami penurunan atau skor yang diperoleh tetap.

Meninjau hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa teknik sosiodrama ini efektif dalam mencegah kecenderungan moral disengagement pada siswa SMA khususnya pada siswa kelas XI-2 SMA Islam Kepanjen. Sehingga diharapkan siswa mampu berperilaku dengan lebih baik lagi sesuai dengan nilai moral yang berlaku di masyarakat. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun