mereka rela duduk bersama mereka (pendatang non-islam) tapi enggan untuk menghadiri mushola setempat, apalagi padahal mereka juga seorang muslim mayoritasnya.
sampai saya bingung, kepada siapa harus berdiskusi tentang masalah ini. dan akhirnya saya memutuskan untuk menulis disini.
bukan berarti saya lebih baik dari mereka yang ikut menghadiri perkumpulan itu, tapi saya ingin mereka tahu, ada kewajiban yang harusnya lebih mereka utamakan sebagai seorang muslim, seperti datang ke mushola. karna mushola daerah situpun sangat jarang dihadiri, sungguh, sedihnya melihat pemandangan itu.
apa ini yang dinamakan toleransi? atau mereka sudah melewati batas toleransi?
apakah semurah itu iman yang bisa ditukar dengan barang dan rela duduk ikut menyanyikan lagu mereka?
mungkin ada yang bilang, "lah kan cuman nyanyi" justru itu, saya ingin mulai dari yang kecil dulu, tidak lagi membiasakan hal yang sudah dianggap biasa atau dianggap wajar.
saya tulis ini untuk berdiskusi, tidak untuk menyalahkan atau menyudutkan pihak manapun.
benarkah itu yang dinamakan TOLERANSI?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H